Setelah SBY sudah tidak di istana pun, mereka tetap dekat. Pernah SBY mengajak Sudi Silalahi untuk menemaninya bertemu Presiden Jokowi.
Di era Jokowi ini, Luhut bisa kita kategorikan menteri super. Jokowi begitu percaya dengan jenderal berdarah Batak itu. Bukan hanya tugas utama sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi, melainkan juga diberi berbagai tugas khusus seperti ketua Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Nasional. Juga, ketua Komite Kereta Cepat Jakarta–Bandung.
Dalam penanganan Covid pun, Luhut ditunjuk sebagai koordinator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Belum lagi wira-wiri mencari investor untuk pembangunan ibu kota negara yang mulai dibangun itu.
Seabrek jabatan itulah yang membuat Luhut populer di kalangan netizen. Di dunia maya, ada yang menyebut ia sebagai menteri segala urusan.
Jejak kerja sama mereka sudah terjalin sebelum masuk istana. Luhut ikut memiliki saham di PT Rakabu Sejahtera, perusahaan mebel milik Jokowi. Luhut pun menjadi tim inti saat Jokowi maju pilpres. Mereka begitu dekat.
Dalam beberapa kali reshuffle, Luhut hanya digeser. Awalnya pegang kepala staf presiden. Sempat juga geser ke pos Menko Polhukam. Kini kemaritiman dan investasi plus berbagai tugas tambahan.
Karena itu, kalau ada pengamat menyebut Luhut bakal dicopot, sulit rasanya bakal terbukti. Ini bukan semata-mata kinerja, tapi masalah orang kepercayaan dan kedekatan.
Memang, kini Luhut jadi sorotan publik. Dukungannya dalam penundaan pemilu menimbulkan polemik. Yang terbaru, Koalisi Masyarakat Sipil melaporkan Luhut ke Polda Metro Jaya terkait dugaan masalah gratifikasi. Itu buntut perseteruan Luhut dengan aktivis LSM Haris Azhar.
Namun, sejak era Soeharto pun, belum ada cerita ”menteri super” dicopot. (*)