SURABAYA, HARIAN DISWAY - Orang mengenal Oto Iskandar Di Nata sebagai pahlawan nasional. Tokoh pergerakan dan salah satu penyusun naskah proklamasi. Namun melalui buku karya Iip D Yahya, Oto Iskandar Di Nata: Perintis Tentara Nasional Indonesia, menguak fakta bahwa ia adalah perintis TNI.
Oto Iskandar Di Nata. Itu penulisan yang benar. Bukan Otto Iskandar Dinata seperti banyak ditulis dalam buku sejarah. Fakta tersebut diutarakan penulis Iip melalui buku terbarunya, yang dirilis pada 4 April lalu. Selain itu, Oto merupakan perintis berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). “Tepatnya melalui jalur PETA dan Heiho,” ujar Iip.
Bermula dari surat Gatot Mangkoepradja pada 7 September 1943, yang mengusulkan pembentukan PETA. Usulan itu mendapat dukungan dari seluruh rakyat dari Jawa dan Madura. Tak berapa lama, tentara PETA resmi dibentuk. Di antara perwira Peta, terdapat Daidanchoo Soedirman yang kemudian menjadi Panglima TNI pertama.
Pada 3 Oktober 1943, Oto kemudian mengusulkan pembentukan Badan Pembantu Prajurit (BPP), yang diresmikan pada 8 Desember 1943. Karena kesuksesannya dalam memberikan pelatihan militer bagi PETA dan Heiho, Oto dipercaya menjabat sebagai Ketua Kantor Besar Tata Usaha BPP.
Selain itu sebagai staf Oto dalam BPP, ada nama Abdul Haris Nasution yang juga kemudian menjadi tokoh penting TNI. “Dua tokoh tersebut sangat berpengaruh dalam proses pembentukan dan perkembangan TNI,” ungkap pria asli Tasikmalaya itu. Ada pula nama Tan Malaka yang ikut aktif sebagai pengurus BPP di Bayah, Lebak, Banten.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Oto menjadi Ketua Panitia dalam PPKI yang mengurusi bidang kerakyatan, pemerintah daerah, kepolisian dan pertahanan negara. Panitia tersebut menyepakati pembubaran Peta di Jawa dan Bali, Lasykar Rakyat di Sumatra, dan Heiho. Panitia juga merekomendasikan agar Presiden Republik Indonesia segera membentuk Tentara Kebangsaan Indonesia.
“Mengapa PETA dibubarkan? Karena dilatarbelakangi pemikiran agar janji setia mereka kepada Pemerintah Balatentara Jepang gugur dengan sendirinya,” ujarnya. Hal yang sama berlaku bagi bekas tentara KNIL yang pernah bersumpah setia kepada Ratu Belanda. Setelah dibubarkan, lalu dibentuk kembali dalam Tentara Kebangsaan Indonesia yang bersumpah setia kepada Negara Republik Indonesia.
Dalam kepengurusan Komite Nasional Indonesia yang ditetapkan pada 24 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta, Oto menjadi salah seorang anggota Badan Pekerja KNI bersama 20 tokoh lainnya, di bawah pimpinan Kasman Singodimedjo. KNI antara lain menetapkan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Oto dengan Kasman sebagai wakilnya. Kasman adalah perwira senior mantan komandan Peta Jakarta.
“Itulah sekilas fakta yang dapat saya sampaikan. Untuk lebih lengkapnya, bisa disimak dalam buku terbaru saya, Oto Iskandar Di Nata: Perintis Tentara Nasional Indonesia,” pungkasnya. (Guruh Dimas Nugraha)