Profesi Wantiyo sebagai desainer tekstil membuatnya banyak terinspirasi oleh motif-motif ornamentik tradisional. Maka lukisannya identik dengan semua hal tersebut. Dengan genre dekoratif, Wantiyo sebagai perupa merasa memiliki tanggung jawab, untuk turut melestarikan seni tradisi.
Bagi Wantiyo, perupa Indonesia harus lebih banyak menggali budaya lokal dan diterapkan dalam lukisan. "Itulah mengapa seni rupa dari Tiongkok maupun dari daerah Asia lainnya maju pesat dan populer. Karena citra dalam lukisan mereka adalah citra etnik. Khas budaya lokal negara masing-masing," ujar pria 49 tahun itu.
Orang luar negeri akan selalu terpukau dengan budaya lokal dari negara yang dikunjunginya. Mereka tidak akan mengagumi apa yang telah ada atau telah lazim ditemui di negaranya. "Begitu pun karya seni. Produk seni dari Indonesia akan populer, laku keras dan go international bila seniman mau mengeksplorasi budaya asli. Karena itulah ciri khas kita," terangnya.
Dalam Nguri-uri, Nggandrung dan Perform, Wantiyo menorehkan motif ornamentik sebagai latar karyanya. Sehingga unsur dekoratif etnik lebih terasa. Gaya tersebut terkait dengan profesi yang ditekuni Wantiyo selepas lulus sekolah. Yakni bekerja sebagai desainer sebuah perusahaan tekstil di Jakarta hingga kini. "Dulu saya dari jurusan Desain Grafis. Setelah lulus, kerja di tekstil. Tentu dekat dengan motif-motif ornamen dari berbagai daerah. Coba saya tuangkan dalam lukisan, ternyata menarik," terang ayah tiga anak itu.
Saat awal bekerja, karena kesibukan, Wantiyo sempat vakum melukis selama 20 tahun. Sekian lama menggeluti desain grafis dengan sentuhan teknologi untuk tekstil, membuatnya khawatir kemampuan "Manual"-nya berkurang. Maka sejak 2017 ia mulai melukis lagi dengan media kanvas. "Utamanya saat weekend Sabtu-Minggu. Sampai sekarang begitu. Gimana lagi saya baru sempat melukis dalam dua hari itu. Hasilnya ya sampai numpuk lukisan saya," ujarnya. Kemudian tertawa.
Sebagai perupa yang mengusung gaya dekoratif, Wantiyo memilih menggunakan media warna akrilik. Karena jenis media tersebut dapat memberi kesan bright, seperti lazimnya warna dalam lukisan berciri dekoratif. Berbeda dengan cat air atau cat minyak yang cenderung soft dan kurang memiliki kecerahan.
Hingga saat ini Wantiyo masih aktif berpameran dengan kawan sesama pelukis, baik di Jawa Tengah maupun di Jakarta. Promosi yang dilakukan selain berpameran, adalah memanfaatkan media sosial. Karyanya sering terjual waktu pameran, sering juga dari media sosial. “Rata-rata kolektor menilai lukisan saya kental nuansa etnik. Bukan apa, karena sebagai seniman, saya merasa punya tanggung jawab untuk turut melestarikan seni tradisi," pungkasnya. (Guruh Dimas Nugraha)