PRIYANTO Chang begitu terinspirasi dengan "铁棒磨成针" (tiě bàng mó chéng zhēn) yang artinya: "asal bersungguh-sungguh, gelondongan besi pun akan bisa diasah menjadi jarum" ini.
Pepatah tersebut berasal dari catatan geografis berjudul Fang Yu Sheng Lan (方舆胜览). Yang ditulis oleh Zhu Mu 祝穆, seorang terpelajar yang hidup pada era dinasti Song Selatan (1127–1279). Di sana, Zhu Mu mengisahkan masa kecil Li Bai 李白, pujangga besar dinasti Tang yang berjuluk ''dewa puisi'' (诗仙 shī xiān).
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pendiri Perpustakaan Medayu Agung Oei Hiem Hwie: 留取丹心照汗青
Syahdan, waktu kecil Li Bai adalah anak yang malas. Sekolahnya aras-arasen. Bahkan memutuskan untuk dropout dan memilih pergi bermain bersama teman-temannya saja.
Tetapi, pada suatu hari, Li Bai bertemu nenek-nenek sedang duduk membungkuk dengan begitu serius. Rupanya dia tengah mengasah tongkat besi. Li Bai heran dan bertanya padanyi untuk apa. Sang nenek menjawab, "Mau dibikin jarum sulam." Dari situ Li Bai kemudian sadar dan kembali bersekolah. Hingga akhirnya menjadi sastrawan ternama.
Priyanto sangat menyukai cerita itu karena esensi semangatnya yang kuat. "Ada orang yang malas belajar, terus disadarkan oleh orang tua yang tampaknya bodoh, tetapi sebenarnya dia tahu apa yang dikerjakannya. Makanya saya juga memilih jadi bodoh," kata Priyanto, lantas tertawa.
Yang dilakukan Priyanto alias Zhang Nanfeng 张南风 mungkin memang kelihatan bodoh di mata sebagian orang. Namun, persis nenek tadi, sebetulnya membawa inspirasi kebaikan bagi khalayak ramai.
Bertahun-tahun, Priyanto menerjemahkan ke bahasa Indonesia beragam video pendek penggugah empati kemanusiaan dari Tiongkok. Lalu diunggahnya ke media sosial dan banyak sekali yang viral.
Priyanto melakukannya lantaran terdorong oleh kekesalannya terhadap maraknya hoaks berbau SARA di Indonesia. "Kalau saya melawannya dengan sarkas dan nyinyir, apa bedanya saya dengan mereka?" kata Priyanto, yang alumnus Jinan University, Guangzhou. (*)