”Bawah Sadar” dalam Tiga Babak Peni, Uzzaer, dan Sekar (1); Penjelajahan Diri dalam Peradaban

Rabu 10-08-2022,09:00 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Melihat karyanya seakan diajak menjelajah pikiran yang bergerak perlahan ke mana-mana. Pelan tapi pasti. Sesekali nampak berhenti di objek-objek kecilnya namun sejurus kemudian berkelana lagi membuat objek-objek baru.


Dua karya berkesinambungan, Peradaban 1 dan 2, yang menjadi cara Peni Citrani Puspaning mengolah tentang bawah sadar.

Peradaban yang menjadi tema Peni itu memperlihatkan bagaimana jejak sejarah mengulik ketertarikannya untuk turut serta membuka kembali ingatan-ingatannya pada perjalanan nasib anak manusia. Berikut pengembangan kreativitas akal manusia yang tercecer di gua-gua purba berupa relief dan gambar-gambar sebagai bentuk komunikasi.

Betapa simbol-simbol turut menjadi bagian tak hanya pada wilayah domestik atau privat manusia namun juga wilayah sosial. Bagaimana interaksi manusia dengan beragam simbol tak jua menjadi renta, hanya karena perkembangan tekhnologi yang membabibuta. 

Seturut itu semua, Peni melihat keterkaitan antara yang dulu dengan kini yang menjadi satu kesatuan dalam gesture tumbuh kembang peradaban saat ini.

Simbol menjadi arketype bagi tumbuh kembang jiwa manusia. 

Carl Gustav Jung dalam bukunya Ruh menggambarkan bahwa manusia sampai kapan pun tak kan mampu meninggalkan apa yang sudah tertera pada jiwanya.

Telah ada jejak akan bagaimana selanjutnya arketype-arketype itu akan merupa dalam proses mencari jati diri yang sesungguhnya lewat bentuk-bentuk entah itu kebendaan maupun gambar.


Tiga perupa perempuan -Sekartaji Suminto (Yogyakarta), Uzzaer Ruwaidah (Tuban), dan Peni Citrani Puspaning (Surabaya) dengan satu karya bersama.

Arketype menjadi salah satu ciri dari simbol karakter dasar manusia sebagai bagian dari pencarian serta penemuannya akan diri sejatinya. Simbolisasi atas hal itu berusaha diangkat oleh Peni dengan menorehkan pula bagaimana tekhnologi mengambil alih peran manusia, serta bagaimana ekses dari itu semua.

Modernitas acap kali meneguhkan prinsip modal, rugi dan laba sehingga meminggirkan kemanusiaan. Tumbuh kembang peradaban tak selalu sejalan dengan nilai luhur lokalitas bahkan kadang meminggirkannya.

Acuan terma modernitas dalam gambar-gambar Peni seakan-akan mengajak kita mengingat kembali akan bagaimana mestinya hal tersebut dapat disikapi dengan bijak bestari.

Meski senantiasa menampakkan dua sisi mata uang yang seringkali menyodorkan ilusi, tanpa kita sadari dapat menghablurkan gagasan otentik dalam proses kerja kreatif. Dalam sudut pandang Peni, bawah sadar merupakan salah satu gambaran mendasar dari karakteristik jiwa manusia yang memberikan banyak pintu bagi terbukanya peradaban.

Tak hanya evolusi secara fisik yang ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya manusia serta bertambah besarnya volume otak dengan beragam pemikiran. Aneka bentuk peradaban merepresentasikan sebagian besar bagaimana jiwa manusia berevolusi dari zaman ke zaman.

Jiwa yang bersifat dinamis tak serta merta berubah dengan begitu mudahnya. Namun merespons semua rangsangan dari sekitar yang melewati lapis demi lapis ketajaman insting yang merupakan salah satu perangkat lunaknya. (Syahrizal-Peni)

Tags :
Kategori :

Terkait