Tahun ini Aisyiyah memasuki usia 105 tahun. Peringatan gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia itu mengusung tema Perempuan Mengusung Peradaban Utama.
Cerah Sabtu, 20 Agustus, pagi itu semakin terasa. Ada kehikmatan dalam suasana hening. Menandakan sakralnya perhelatan resepsi Milad ke-105 ’Aisyiyah yang dibuka dengan lantunan kalam Ilahi oleh qoriah nasional yang dimiliki ’Aisyiyah.
Lantai 3 Aula KH Mas Mas Mansyur Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Kertomenanggal IV/1 Dukuh Menanggal, Surabaya, itu seolah menjadi saksi bangkitnya perempuan Jawa Timur.
Sebab ada banyak hal yang menandainya.
Milad kali ini adalah milad pertama yang diadakan secara luring. Selama dua tahun pandemi, Aisyiyah hanya mengadakannya kegiatan daring. Inilah adaptasi ’Aisyiyah pada perubahan.
Ketua panitia milad Nur Ainy menyatakan bahwa ketika situasi membaik, ’Aisyiyah memang ingin membuat perhelatan sekaligus memberi motivasi kepada anggota agar bangkit dan bersemangat menyambut era baru pada abad kedua usia organisasi perempuan tertua di Indonesia ini.
Hadir dalam peringatan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Di hadapan 300 keluarga besar ’Aisyiyah yang hadir secara luring dan ribuan anggota ’Aisyiyah melalui streaming YouTube, Khofifah menyampaikan sambutan.
Para pimpinan persyarikatan yang hadir Sa’ad Ibrahim (Ketua PWM Jatim), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Siti Noorjannah Johantini (Ketua Umum PPA), dan Siti Dalilah Candrawati (Ketua PWA Jatim).
Yang luar biasa, Surat An Nahl 97 dibacakan dengan fasih dan merdu oleh beliau. Artinya sangat mengena; bahwa barang siapa mengejakan kebajiakan maka akan mendapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bahkan akan diberi pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. ”Memang demikianlah yang telah dilakukan oleh ’Aisyiyah,” ujarnya.
Dalam penjelasan selanjutnya, beliau menegaskan posisi strategis perempuan dalam wadah ’Aisyiyah. ”Perempuan harus mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif. ’Aisyiyah-lah pelopornya yang membangun peradaban mulai dari lahir atau golden age,” lanjut orang nomor satu di Jawa Timur itu.
Keakraban Khofifah Indar Parawansa di antara hadirin yang datang.
Gubernur Jawa Timur sekaligus diminta meluncurkan buku karya para pelajar MTs ’Aisyiyah Nganjuk. Selama Covid-19 sekolah tersebut berhasil menggiatkan program literasi. Siswa dan guru dilatih menulis hingga menghasilkan 11 buku ber-ISBN.
Judulnya Mengasah Asa, Jejak Sang Guru, Risalah Mimpi jilid 1 dan 2, Harapan-harapan di Meja Makan, dan Cerita tentang Persahabatan. Lima buku diluncurkan oleh Khofifah berjudul Gelora Kita, Memacu Kemenangan, Secuil Kabar 7, 8, dan 9.
Selain Khofifah, aula dimarakkan oleh sejumlah undangan istimewa. Antara lain utusan beberapa Konsulat Jenderal di Surabaya, Direktur Rumah Sakit dan Klinik Aisyiyah se-Jawa Timur, Perwakilan Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) dari 38 kabupaten/kota, organisasi perempuan tingkat provinsi, Pimpinan Daerah ’Aisyiyah (PDA) se-Jawa Timur, ortom Muhammadiyah, dan para tokoh masyarakat.
Termasuk Ketua PWM Jawa Timur Saad Ibrahim. Dalam sambutannya, beliau menegaskan tentang posisi ’Aisyiyah. ”’Aisyiyah adalah bibit-bibit yang disiapkan Allah untuk mengembalikan dimensi histori peradaban agama,” ujarnya.
Pada helatan kali ini PWA Jawa Timur sekaligus melakukan peluncuran Balai Latihan Kerja (BLK) ’Aisyiyah Training Center (’ATC) yang bertempat di Pandaan Pasuruan. Peresmian dilakukan Ketua Umum Pimpinan Pusat ’Aisyiyah Siti Noorjannah Johantini BLK ’ATC adalah gedung pelatihan yang dibangun swadaya dari donasi anggota ’Aisyiyah. Sarana itu dimanfaatkan sebagai pendukung pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Baik untuk internal ’Aisyiyah maupun umum.
”Gedung ini sudah digunakan pertama kali untuk pelaksanaan kursus pramurukti yang dilakukan parallel oleh Jawa Timur dan DIY. Semoga ini akan menjadi amal usaha baru di bidang kesejahteraan sosial,” kata Siti.