Upaya Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim) meningkatkan kinerja ekonomi daerah terus dilakukan. Termasuk dalam hal kinerja perdagangan antar pulau dan antar provinsi dengan mengikuti misi dagang dan investasi ke beberapa daerah.
Terbaru, Kadin Jatim melakukan misi dagang ke Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Di sana, Kadin Jatim berhasil membukukan transaksi Rp 27,8 M. Dalam misi dagang itu ada sekitar 10 pengusaha yang diajak. Mereka bergerak di bidang craft atau keterampilan, pertanian dan bahan pangan, alat kebakaran, perkebunan dan pendidikan.
"Kita pertemukan dengan pelaku usaha di bawah Kadin Sulut, akhirnya banyak yang mengarah pada kerjasama dan terjadi kesepakatan transaksi," ujar dari Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Bidang Jaringan Antar Pulau Kadin Jatim Diar Kusuma Putra dalam rilisnya yang diterima Harian Disway, Kamis (25/2022).
Dari hasil pertemuan Business to Business dengan pengusaha Sulut tersebut, Kadin Jatim akhirnya berhasil membukukan transaksi sebesar Rp 27, 80 miliar. Rinciannya, pembelian alat pemadam kebakaran sebesar Rp 3,6 miliar. Lalu ada gula merah sebesar Rp 2,88 miliar. Gula putih sebesar Rp 3,6 miliar, kopi sebesar Rp 840 juta, batok arang Rp 12,5 miliar dan pelatihan SDM senilai Rp 3,84 miliar.
Diar mengatakan, Sulut merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi perdagangan yang cukup besar. Baik perdagangan dari Jatim ke Sulut ataupun sebaliknya, dari Sulut ke Jatim. Oleh karena sejauh ini, Sulut tidak hanya menjadi hub bagi daerah di sekitarnya, tapi juga untuk ekspor ke negara Filipina.
"Beberapa pedagang dari daerah sekitar seperti Halmahera dan Gorontalo, mereka mengambil barang dari Manado (ibu kota Sulut). Karena tidak mungkin pedagang menengah ke bawah langsung mengambil dari Surabaya," jelas Diar.
"Untuk itu kami mengajak pengusaha dengan membawa beberapa komoditas yang ditawarkan seperti kopi, aksesoris, tepung mocaf, gula putih, gula merah dan cair serta pengusaha yang menjadi eksportir arang karena dsini banyak arang dari tempurung kelapa," jelasnya Diar.
Kata Diar, sebenarnya masih banyak potensi perdagangan yang bisa dikerjasamakan dengan Sulut. Sebab ada banyak barang dan komoditas yang diperlukan masyarakat disana seperti ayam beku, telur, ikan fillet dan juga makanan kemasan. "Di sini tempatnya ikan tetapi processing kurang," tandasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bergembira dengan berjalannya misi dagang bersama Sulut. Secara keseluruhan, ada sekitar 80 pengusaha dari seluruh Jatim yang mengikuti misi dagang kali ini, termasuk dari Kadin Jatim. Hingga Kamis (25/8/2022) sore, tercatat transaksi yang telah berhasil dibukukan secara keseluruhan mencapai Rp 127 miliar.
"Rp 127 miliar ini adalah transaksi awal, besok juga akan dilanjutkan. Yang kami harapkan adalah continuity trading. Karena perdagangan ini terjadi secara resiprokal antara Jatim dengan Sulut. Batok kelapa misalnya, saya melihat pabriknya ada di Bitung. Kadang banyak kebutuhan yang dibutuhkan oleh negara lain, justru kita menemukenali di daerah. Seperti transaksi yang terjadi saat ini adalah bahan baku kecap. Transaksinya cukup yaitu mencapai Rp 2,4 miliar," ujar Khofifah.
Nofian Supriyono pengusaha jasa pelatihan sertifikasi security Jawa timur menjelaskan pada Khofifah Indar Parawansa tentang terjalinnya kerjasama dengan perusahaan di kawasan ekonomi khusus di Sulawesi Utara.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, pada saat pandemi Covid-19 Jatim alami kontraksi, salah satunya diakibatkan oleh kinerja ekspor yang mengalami penurunan cukup dalam, utamanya ekspor luar negeri mengalami defisit cukup besar. Tetapi perdagangan antar provinsi dan pulau terus berjalan sehingga di tahun 2021, net ekspor impor dalam negeri Jatim mencapai Rp 233 triliun. Sehingga pada semester I/2022 neraca perdagangan Jatim antar provinsi dan antar pulau sudah mencapai Rp 151 triliun.
"Ini adalah sebuah potensi besar dan pasar yang besar yang jika kita tidak bisa menguasai pasar ini, maka akan dijarah oleh negara lain. Oleh karena itu kenapa kami terus melakukan proaktif kerjasama antar daerah ya karena kaitannya seperti ini," tandas Khofifah.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulut Steven Octavianus Estefanus Kandouw mengatakan bahwa misi dagang dan investasi antara Sulut ke Jatim dan dari Jatim ke Sulut ini sama-sama pentingnya. Karena industri manufaktur di Jatim yang mencapai lebih dari 30 persen tersebut berbahan baku impor.
"Itu menjadi penting karen row materialnya dari Sulawesi Utara dan proses manufaktur di Jatim dan kembali menemukan pasar disini. Dan itu sebetulnya hal yang lazim dalam kontrak perdagangan dan polanya adalah winwin profit," ungkapnya.
Adapun sejumlah komoditas yang biasanya diambil dari Jatim diantaranya daging sapi, daging ayam dan telor. Sedangkan dari sini, banyak kopi, teh, termasuk kelapa dan ikan dari Sulawesi Utara.