BANJARBARU, HARIAN DISWA - Resmi menjadi Universitas Borneo Lestari (UNBL) sejak Juni tahun ini, universitas swasta terbaru di Banjarbaru ini yakin dengan positioning-nya. Perjalanan Yayasan Borneo Lestari yang telah berpengalaman mengelola pendidikan sejak 2007 itu membuat UNBL siap menjadi unversitas yang memajukan Borneo.
Bukan di Banjarbaru. Bukan pula di Kalimantan Selatan. Namun UNBL harus menjadi universitas yang diperhitungkan di Borneo. Mimpi besar itu ditetapkan oleh segenap civitas akademika UNBL sejak disahkan pada 7 Juni 2022. Ketika AAK Borneo Lestari dan STIKES Borneo Lestari dilebur menjadi Universitas Borneo Lestari.
Terlebih begitu diresmikan pada 24 Juni 2022 oleh Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor, universitas yang beralamat di Bumi Berkat Jalan Kelapa Sawit 8 Nomor 1, Jalan Kemuning RT2/RW1, Kemuning, Banjarbaru Selatan, Banjarbaru itu, kian mantap menetapkan diri dengan target tersebut.
Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor (tengah) diapit Ketua Yayasan Borneo Lestari Drs Budiman Mustafa (kanan) dan Rektor Universitas Borneo Lestari H Muhammad Muslim SPd MKes usai peresmian Universitas Borneo Lestari. -UNBL untuk Harian Disway-
Tak peduli baru seumur jagung. Namun sejatinya, keberadaan UNBL telah dimulai sejak yayasan berdiri pada 2007 dengan menyediakan pendidikan setingkat SMK. Menyusul Analis Kesehatan Borneo Lestari pada 2009. Berikutnya berdiri Sekolah Tinggi Farmasi pada 2013. Lantas bergeser menjadi Stikes Borneo Lestari pada 2015.
Komitmen yayasan untuk mencerdaskan Kalsel sebagaimana yang pernah diamanatkan Paman Birin –panggilan karib gubernur- itu diwujudkan.
Wajah megah gedung Universitas Borneo Lestari yang siap meneguhkan citra Banjarbaru sebagai kota pendidikan yang diperhitungkan di Borneo.
”Kami terus bergerak. Misalnya membuka jurusan S-1 farmasi dan D-3 farmasi pada 2014. Pada 2020 ada Pendidikan Profesi Apoteker serta Administrasi Rumah Sakit. Menyusul Ilmu Gizi pada 2021,” terang ketua yayasan Drs Budiman Mustafa.
Percepatan menjadi universitas itu makin dipacu ketika ditambah gedung perkuliahan. ”Jadi ketika menjadi universitas, kami tidak ambil start dari nol. Sudah ada modal sebagai universitas yang mendukung program provinsi untuk mencerdaskan Kalsel,” ujar Wakil Rektor UNBL Apt Hasan Ismail SFarm MM.
Kini UNBL dengan tiga fakultas dan sembilan program studi. Fakutas Ilmu Kesehatan dan Saintek (D3 Teknik Laboratorium Medik, S1 Administrasi Rumah Sakit, S1 Ilmu Gizi). Fakultas Farmasi (Pendidikan Profesi Apoteker, D3 Farmasi, S1 Farmasi). Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (S1 Ilmu Hukum, S1 Manajemen, S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Rektor Universitas Borneo Lestari H Muhammad Muslim SPd MKes (berjas abu-abu) bersama ketiga wakil rektor dan BEM Universitas Borneo Lestari.
Tak cukup mencerdaskan Kalsel. Hasan menegaskan bahwa bidikan UNBL lebih dari itu. Ia memproyeksikan UNBL dengan konsep yang berbeda dengan perguruan tinggi yang ada di Banjarbaru, di Kalsel, dan di mana pun di Kalimantan ini.
Ia mengemukakan bagaimana komitmen UNBL untuk menjadi kampus yang akan berdaya saing dengan berbasis kearifan lokal. ”Tidak hanya kearifan lokal selingkup Banjarbaru atau Kalimantan Selatan, tapi kami mau semua potensi yang ada di Borneo ini akan menjadi modal dan pondasi yang kuat untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ujar Hasan yang tengah menjalani studi doktoral di UNAIR.
Di depan Rektor Universitas Borneo Lestari, Apt Hasan Ismail SFarm MM menandatangani SK-nya sebagai Wakil Rektor I Universitas Borneo Lestari.
Kearifan lokal itu diuraikan Hasan dalam ilmu etnosains yang merupakan kegiatan mentransformasikan antara sains asli masyarakat dengan sains ilmiah yang dalam hal ini bisa dilakukan oleh perguruan tinggi, termasuk UNBL.
Di Borneo, potensi mengolah sains asli itu sangatlah besar. UNBL siap menelaah berbagai kearifan lokal itu dengan pemahaman-pemahaman terhadap alam dan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat.
”Sejak sekarang UNBL meneguhkan etnosains itu. Dalam hal yang sepele misalnya, detail interior kampus kami tak lagi batik. Namun akan kami terapkan dengan ragam Sasirangan yang memang bentuk kearifan lokal Borneo yang identik. Konsep etnosains-lah yang mendorong pengembangannya,” ungkapnya.
Bila diterjemahkan, konsep itu tercermin dalam motto UNBL yaitu Baiman, Bauntung, dan Batuah –dalam bahasa Banjar-. Bila diartikan adalah Adab, Ilmu, dan Amal. ”Ketiganya tak terpisahkan. Itulah sejatinya marwah yang harus dijunjung tinggi oleh setiap orang yang belajar di UNBL,” ujar bapak dua anak itu.
Kampus Universitas Borneo Lestari, perguruan tinggi andalan Borneo yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan.
Maka gagasan tentang kearifan lokal –dalam kerangka etnosains- menurut Hasan adalah positioning UNBL di antara sejumlah perguruan tinggi di Borneo. Apalagi keberadaannya di wilayah ibu kota provinsi, UNBL amat strategis memegang peran meletakkan kearifan lokal itu bisa mendunia.