Benteng Pendem Ngawi, Saksi Bisu Perang Diponegoro

Minggu 04-09-2022,08:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Retna christa

Oleh:
Babang Fandy
Traveler asal Surabaya


NGAWI, HARIAN DISWAY - Saya membayangkan, mereka yang memiliki kemampuan spiritual, pasti dapat merasakan residu energi di Benteng Pendem Ngawi. Sekitar 250 tentara Belanda berjaga. Di dalam bangunan maupun di menara-menara pandang yang menjulang. Memanggul senapan di pundak. Mata tak pernah lengah. Mengawasi tiap pergerakan di luar benteng. Seperti tayangan-tayangan mistis di televisi.

Memang saat ini banyak yang menjadikan benteng kuno tersebut sebagai sasaran uji nyali atau penerawangan gaib. Bentuknya memang lawas dan bernuansa mistis. Nuansa itu makin kuat saat malam. Angin semilir menembus pori-pori dinding. Memunculkan bunyi siul tipis. Bikin merinding.

Tentu paling pas berkunjung ke sana saat siang. Di bawah cahaya matahari, kita dapat menikmati keelokan bangunan megah itu. Dari percakapan dengan salah seorang pengelola, benteng itu memiliki 13 ruang inti. Di antaranya, barak tentara, mess perwira, dapur umum, kediaman sekaligus kantor jenderal, gudang senjata, dan lain-lain.

Setelah melalui pintu gerbang, saya mendapati berbagai bangunan dengan pintu berbentuk lonjong, berukuran besar. Area dalam benteng dialasi oleh rerumputan tipis. Cocok bagi pejalan kaki. Di beberapa sudutnya terdapat sumur-sumur tua. Ada dua orang yang sedang mengukur sesuatu. Yang satu membawa meteran, satunya lagi terlihat sibuk menulis di atas kertas kotak-kotak hijau. Sepertinya, mereka membuat ukuran konstruksi.


BEBERAPA pekerja konstruksi tengah mengukur area dalam benteng untuk renovasi. -Julian Romadhon-Harian Disway-
Benteng itu memang sedang dalam proses revitalisasi. Dilakukan atas perintah Presiden Joko Widodo. Kata pengelola, pada 2019, Presiden Jokowi berkunjung ke benteng ini, kemudian ngopi. Ia melihat-lihat kondisi benteng yang tak terawat.

Karena prihatin, sekaligus ingin menjadikan Benteng Pendem sebagai ikon wisata Ngawi, Presiden berinisiatif untuk melakukan renovasi tanpa menghilangkan keaslian bangunan. Rencananya, beberapa tepi yang rusak akan dipugar. Konon, sumur tua itu digunakan sebagai sumber air minum untuk para prajurit Belanda.

Beberapa bangunan sudah tampak sangat kuno. Catnya mengelupas, sehingga bata merahnya terekspos. Secara arsitektur, bangunan tersebut memadukan gaya Eropa dan Romawi. Di bagian atas terdapat ruang terbuka. Sebuah lantai panjang memutar, yang dulu digunakan para tentara untuk berjaga di atas benteng.

Dibangun di atas lahan seluas 42.181 meter persegi, Benteng Pendem memang terlihat megah. Pilar-pilar menjulang tinggi. Konon, ia dibangun ketika Belanda sedang menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro. Perang yang katanya menyebabkan Belanda rugi besar, hingga kehilangan satu daerahnya: Belgia. Benteng Pendem ketika itu dipimpin oleh Jenderal Johannes Van den Bosch. Maka, nama lain benteng itu adalah Benteng Van Den Bosch.


SALAH SATU sudut bangunan benteng yang masih berdiri, meski dinding-dindingnya telah terkelupas. -Julian Romadhon-Harian Disway-
Disebut Benteng Pendem, karena memang dibangun di lokasi yang memiliki kontur tanah lebih rendah. Sehingga tampak terpendam. Di dalam area benteng, terdapat sebuah makam. Yakni makam KH Muhammad Nursalim, salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro. Katanya, KH Nursalim berhasil ditangkap dan dikubur hidup-hidup. Sebab, ia memiliki ilmu kebal. Warga sekitar menyebut bahwa dulu Benteng Pendem digunakan sebagai ladang pembantaian para pemberontak.

Pembangunan benteng tersebut selesai pada tahun 1825. Ngawi dipilih sebagai lokasi benteng, karena pada masa lalu kota itu dikenal sebagai pusat perdagangan dan salah satu akses pelayaran sungai di Jawa Timur. Dekat dari situ memang terdapat sungai besar. Titik pertemuan antara Bengawan Solo dan Madiun.

Saat invasi Jepang, benteng itu digunakan oleh tentara Belanda sebagai salah satu pusat pertahanan. Untuk mempertahankan wilayah Madiun dan Ngawi. Namun karena serangan yang dahsyat dari tentara Jepang, Belanda kalah. Benteng itu porak-poranda karena serangan bom dari pesawat-pesawat Dai Nippon.

Saat penguasaan Jepang, benteng berubah menjadi penjara. Banyak tentara Belanda—juga pribumi pemberontak—yang ditawan di ruangan-ruangannya. Jumlah tahanan, katanya, mencapai 1500 orang. Banyak di antara mereka yang mati karena kelaparan dan perlakuan kejam.


SUMUR TUA yang pernah menjadi sumber air minum para tentara Belanda.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Jejak kerusakan akibat gempuran Jepang juga tampak di berbagai sudut. Pilar yang tak utuh, atap-atap berlubang, dan lain-lain.

Meski merekam peristiwa sejarah mengerikan, Benteng Pendem adalah surga bagi para fotografer dan content creator. Ratusan spot yang instagrammable ada di sana. Mereka memanfaatkan kesan kuno dan jadul. Yang sedang digandrungi banyak orang di era modern.

Menuju ke Benteng Pendem cukup mudah. Dari Surabaya, kita hanya perlu lewat tol sampai exit Ngawi. Menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan. Benteng berada di Jalan Untung Suropati, Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi. Masih berada di kawasan pusat kota.

Tiket masuknya murah. Hanya Rp 5000. Namun, kalau berkunjung sepanjang tahun ini, pekerjaan konstruksi masih berlansung. Revitalisasi ditargetkan selesai tahun depan. Tak sabar rasanya melihat bentuk bangunan Benteng Pendem yang sudah utuh. Sesuai bentuk aslinya. (*)


BAGIAN DALAM salah satu bangunan Benteng Pendem difungsikan sebagai museum. Untuk mendisplay barang-barang peninggalan kompeni Belanda. -Julian Romadhon-Harian Disway-

Kategori :