SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kampung Oase Ondomohen Surabaya kedatangan tamu besar Minggu, 11 September 2022. PhD Student asal Indonesia Muhammad Amin Shodiq datang bersama Profesor Shozo Shibata dari Universitas Kyoto, Jepang.
Sebelum memasuki kampung, mereka diharuskan scan kode QR untuk mengisi daftar pengunjung. Dalam kode QR tersebut, juga terdapat link website, instagram, serta kontak whatsapp untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang Kampung Oase Ondomohen.
Meski Kampung Oase Ondomohen yang terletak di Magersari V hanya terbatas satu gang, namun nuansa tropis dari rindangnya pohon hijau serta lampu gantung bergaya retro sangat terasa di sana.
Apalagi ditambah dengan suara air mengalir dari bawah selokan. Bak berjalan di atas karpet hijau dengan hiasan cat kuning di pinggirnya, Shibata dan Amin nampak menikmati suasana tersebut.
PhD Student asal Indonesia Muhammad Amin Shodiq datang bersama Profesor Shozo Shibata dari Universitas Kyoto, Jepang di Kampung Ondomohen Surabaya.-Aisyah Amira Wakang/Harian Disway-
Tak hanya indah di permukaan, rupanya selokan yang mereka lalui merupakan tempat hidup dari nila, lele, gurame, dan patin. Warga kampung sengaja menyulapnya menjadi kolam ikan untuk dibudidaya dan dipasarkan. Pemanfaatan ruang sisa tersebut memanfaatkan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Grey Water.
“Untuk teknis IPAL sendiri, kami tidak menghilangkan selokan dari air limbah warga. Di pinggir sini mbak (menunjuk selokan dekat tembok), itu selokan limbah,” ujar Endang Sriwulansari selaku koordinator Urban Farming Kampung Ondomohen.
Untuk memberi makan ikan-ikan, warga membudidayakan maggot atau larva black soldier fly (BSF). Berhubung letak kampung berada dekat dengan tempat kuliner yang ada di jalan raya Ondomohen, warga mengumpulkan maggot tersebut dari rumah-rumah makan.
Selain budidaya, warga juga memamerkan briket arang yang sudah diolah dari batok kelapa. Berjalan sambil bercerita, Endang menjelaskan bahwa dulunya proses pembuatan dilakukan secara manual.
“Dulu kita manual, blending sendiri, cetak satu-satu. Tapi kita sudah bekerjasama dengan IT Telkom Surabaya untuk menggunakan mesin,” ucapnya. Mesin itu pun nampak berdiri gagah di hadapan Shibata dan Iman.
Menuju spot selanjutnya, tepat di depan rumah khas Belanda milik Mus Mulyono selaku ketua kampung, disajikan juga karya hasil UMKM seperti kroket ayam, wedang pokak, dan rujak serut.
Prof Shibata melihat kreasi produk unggulan Warga Kampung Sayur Oase Ondomohen Surabaya.-Aisyah Amira Wakang/Harian Disway-
Saat hari mulai gelap, mereka pun berbincang di bawah temaram malam dengan hiasan lampu hasil bio solar. Posisi semakin nyaman ketika duduk di atas sofa ecobrick hasil karya tangan warga.
Amin sebagai peneliti urban farming di Surabaya, menyarankan agar kampung-kampung hijau di Surabaya yang memiliki UMKM fokus pada penguatan branding.
“Saran saya, satu kampung tidak perlu banyak-banyak produk. tapi fokus di satu dan jos. Karena memperjuangkan satu UMKM itu sangat berat. Mungkin marketing yang perlu dikuatkan dengan branding. Satu atau dua produk dulu aja sebagai gerbang orang tahu dulu,” jelas Amin.