Tumben, Presiden Jokowi bicara kasus hukum. Setelah kasus Ferdy Sambo sebulan lalu, kini soal Gubernur Papua Lukas Enembe, tersangka KPK yang ogah diperiksa. ”Semua sama di mata hukum,” ujar Jokowi.
JOKOWI menjawab pertanyaan wartawan soal kasus Enembe di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin, 26 September 2022. ”Sama, saya kira proses hukum yang ada di KPK, semuanya harus menghormati. Semua sama di mata hukum,” ucapnya. Dalam konstitusi kita, pihak eksekutif dilarang mencampuri yudikatif. Atau, presiden dilarang intervensi perkara hukum. Tapi, pernyataan Jokowi itu menjawab pertanyaan wartawan yang tentunya harus dijawab. Terpenting, cuma perkara hukum spesifik (bisa pembangkangan, rekayasa perkara, atau macet) yang dikomentari Jokowi. Tanda, bahwa law enforcement belum benar-benar tegak di Indonesia. Enembe, selaku tersangka korupsi, sudah dua kali mangkir dari panggilan pemeriksaan. Juru Bicara KPK Ali Fikri, kepada pers, membenarkan hal tersebut. Panggilan pertama, Enembe diperintahkan datang untuk diperiksa di Mako Brimob, Polda Papua, Senin, 12 September 2022. Namun, Enembe tidak datang. Panggilan kedua, Enembe diperintahkan datang untuk diperiksa di gedung KPK Jakarta, Senin, 26 September 2022. Lagi-lagi, ia tidak datang dengan alasan sakit. Malah, ia minta izin berobat ke Singapura. Padahal, Enembe sudah dicegah ke luar negeri selama enam bulan, 7 September 2022 hingga 7 Maret 2023. Pihak KPK menanggapi, sesuai hukum, Enembe dilarang ke luar negeri. Jika keadaan mendesak, kondisi kesehatannya harus diperiksa dulu oleh pihak penyidik. Lalu, dinilai, apakah layak ia berobat ke luar negeri. Dilarang asal ngomong, sakit. Karena dua kali panggilan untuk pemeriksaan tidak hadir, Enembe bisa dijemput paksa. Pasal 17 KUHAP: ”Penjemputan paksa seseorang harus diawali dengan bukti permulaan yang cukup, untuk membuktikan bahwa orang tersebut melakukan tindak pidana. Bukti permulaan tersebut apabila sekurang-kurangnya memenuhi dua alat bukti yang sah.” ”Jemput paksa atau dihadirkan dengan paksa berbeda dengan penahanan. Panggil paksa dapat dilakukan setelah tidak menggubris panggilan dua kali, sedangkan penangkapan bisa dilakukan tanpa didahului dengan pemanggilan.” Persoalannya, belum dijemput paksa pun di Papua sudah heboh. Selasa, 20 September 2022, di Jayapura diwarnai demo bela Enembe. Ratusan orang turun ke jalan. Mereka menyatakan, Enembe dikriminalisasi. Aparat gabungan TNI-Polri menangkap 14 pendemo. Dari tangan mereka diamankan barang bukti kapak, busur panah, bom ikan (dopis), aneka senjata tajam, katapel, dan minuman beralkohol. Wakapolda Papua Brigjen Ramdani Hidayat mengatakan, 14 orang itu ditangkap di dua wilayah hukum, yakni Polresta Jayapura Kota dan Polres Jayapura. Ramdani: ”Kami sudah menyampaikan dari awal, Papua harus damai. Karena tanah Papua adalah tanah yang penuh barokah.” Kehebohan itu mungkin jadi pertimbangan KPK menjemput paksa Enembe. Pertimbangan keamanan. Bisa dibayangkan, betapa hebohnya jika itu dilakukan. Sebaliknya, lembaga negara KPK secara hukum punya wewenang memaksa warga negara yang disangka melanggar hukum. Yang terjadi sekarang, malah beradu opini. Ibarat main anggar. Tangkis-menangkis. Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman membocorkan lokasi tempat Gubernur Papua Lukas Enembe berjudi kasino. Di Malaysia, Singapura, dan Manila, Filipina. Boyamin kepada pers, Sabtu (24/9), mengatakan, ”Tempat-tempat judi yang menjadi langganan Lukas Enembe, misalnya, di Solaire Resort and Casino di Manila, Genting Highland otomatis itu di Malaysia, dan Singapura itu adalah kasino di Crockford Sentosa sampai saya punya punya fotonya dan juga ada beberapa, baik laki-laki maupun perempuan itu udah jadi pengikutnya Pak Lukas Enembe di luar negeri.” Boyamin memberikna foto yang diduga Enembe sedang berjudi. Tertera tanggal 19 Juli 2022. Terlihat orang seperti Lukas Enembe duduk di meja bundar seperti berjudi. Boyamin: ”Di saat masyarakat Papua kini masih miskin, kok pemimpinnya berjudi yang diduga bahkan sampai di angka Rp 560 miliar, dan saya yakin PPATK itu nggak mungkin ngawur mengeluarkan statement itu, nilai uangnya itu, meskipun dibantah lawyer Lukas Enembe.” Angka Rp 560 miliar sudah dipublikasi PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Soal itu, Stefanus R Rening, pengacara Lukas Enembe, kepada pers, Minggu (25/9), menanggapi. ”Yang disidik KPK adalah delik pidana khusus, bukan delik judi. Sehingga, MAKI sudah menggeser isu yang tidak fokus pada penetapan tersangka Lukas Enembe.” Dilanjut: ”Ini delik korupsi gratifikasi Rp 1 miliar, tidak ada kaitannya dengan judi, ya. Tidak masuk penyidikan KPK.” Sebaliknya, pihak Lukas Enembe mengajak pihak KPK mengunjungi tambang emas milik Enembe di Papua. Stefanus Roy Rening dalam jumpa pers di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (26/9), memberikan pernyataan. ”Jadi begini. Itu kan dimulai dengan pernyataan bahwa kalau Pak Lukas bisa membuktikan ia punya tambang emas, Pak Lukas bisa dibebaskan. Itu artinya, ia mau pakai pembuktian terbalik,” ujarnya. Dilanjut: ”Dalam suatu kesempatan, saya tanya ke Bapak (Enembe), ’Bapak Gubernur, ini ada pernyataan begini (Enembe punya tambang emas).’ Dengan senyum beliau jawab, ’Itu Freeport saya punya, apa kamu ragukan lagi?” Dilanjut: ”Bukan begitu Bapak, Bapak punya tambang emas nggak? Milik sendiri di kampung? Akhirnya dijawab beliau, memang punya tambang emas. Di Tolikara, di Mamit. Kami mengajak pihak KPK ke sana.” Menanggapi itu, Jubir KPK Ali Fikri kepada pers, Senin (26/9), mengatakan, ”Saya ingin sampaikan kepada saudara penasihat hukum LE, ini yang kami sayangkan, kenapa? Seharusnya sampaikanlah langsung di hadapan tim penyidik KPK.” Dilanjut: ”Kalau memang ingin sebagai pembuktian terbalik, itu sampaikan kepada penegak hukum, jadi bukan di ruang-ruang publik (konferensi pers).” Terjadilah debat kusir tidak langsung di situ. Tidak face-to-face. Tetapi, jauh-jauhan. Ali Fikri juga membalas tangkisan pengacara Enembe, soal judi, yang katanya melenceng dari penyidikan korupsi. Ali menyatakan, dalam penyidikan korupsi, ada TPPU (tindak pidana pencucian uang). Penyidikan korupsi terkait TPPU. Ali: ”Sering kali dalam perkara korupsi suap dan gratifikasi berkembang pada penerapan TPPU bila kemudian terpenuhi unsur pasal sebagaimana kecukupan alat buktinya.” Dalam penyidikan TPPU, antara lain, larinya uang bisa ke perjudian. Sebab itu, PPATK menyebutkan dugaan Enembe menyetorkan uang Rp 560 miliar ke tempat perjudian. Bagai main anggar, KPK versus Enembe, saling menangkis. Dan, jika diteruskan, permainan anggar itu bisa panjang. Terus, kapan pemeriksaan terangka? (*)Main Anggar KPK vs Lukas Enembe
Selasa 27-09-2022,06:00 WIB
Oleh: Djono W. Oesman
Kategori :
Terkait
Selasa 25-03-2025,10:43 WIB
Sidang Praperadilan Ditunda, Beginilah Tanggapan Kuasa Hukum Staf Sekjen PDIP Kusnadi
Sabtu 22-03-2025,11:06 WIB
Bukber Bareng di Kantor Nasdem, Puan dan Jokowi Tegaskan Hubungan Mereka Baik-Baik Saja
Sabtu 22-03-2025,10:56 WIB
Klaim Tidak Ada Kerugian Negara, Hasto Sebut Kasusnya Bukan Wewenang KPK
Sabtu 22-03-2025,08:45 WIB
Singapura Setujui Ekstradisi Paulus Tannos, Polri Sebut Butuh Waktu Paling Cepat 4 Bulan
Jumat 21-03-2025,16:53 WIB
Jawab Tuduhan Merendam HP, Hasto Sebut Ponsel Masih Ada dan Jadi Barang Sitaan KPK
Terpopuler
Rabu 02-04-2025,04:57 WIB
Rating Pemain Manchester United Usai Dikalahkan Nottingham Forest, Garnacho Menyedihkan!
Rabu 02-04-2025,07:00 WIB
BRI Liga 1 Sisa 7 Laga, Mungkinkah Persebaya Kejar Persib Bandung?
Selasa 01-04-2025,21:57 WIB
5 Drakor yang Tayang April 2025, Ada Spin-Off Hospital Playlist!
Rabu 02-04-2025,06:00 WIB
5 Film Ray Sahetapy yang Mengukuhkan Namanya di Dunia Perfilman Indonesia
Rabu 02-04-2025,05:27 WIB
Arsenal vs Fulham 2-1: Comeback Bukayo Saka Spektakuler
Terkini
Rabu 02-04-2025,16:44 WIB
210 Ribu Tiket Whoosh Ludes Terjual selama Libur Lebaran 2025
Rabu 02-04-2025,16:18 WIB
Pengunjung KBS Membeludak Tembus 12.500 Orang, Lonjakan Pengunjung Diperkirakan pada 6 April
Rabu 02-04-2025,16:14 WIB
Asyik Berlebaran, Motor Digondol Maling
Rabu 02-04-2025,15:30 WIB
9 Cara Mencegah Gula Darah Naik saat Lebaran
Rabu 02-04-2025,15:20 WIB