FANS sepak bola Iran senang tidak kepalang. Bintang Iran Sardar Azmoun tetap diajak ke Qatar. Beberapa hari jelang menyeberang ke Qatar, tekanan terhadap pemain sepak bola Iran luar bisa besar. Pemerintah meminta PSSI-nya Iran jangan menggunakan jasa pemain Bayer Leverkusen itu.
Azmoun mengabaikan instruksi PSSI-nya Iran yang melarang pemain berbicara seputar kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi.
Amini ditangkap karena dituduh tidak mengenakan jilbab dengan benar. Saksi mata mengatakan, Amini dipukuli habis-habisan. Polisi mengeklaim Amini terkena serangan jantung di stasiun, lalu jatuh koma.
Protes massal menggelora pada awal bulan ini. Setidaknya 304 nyawa pengunjuk rasa mati rajam akibat tindakan represif pasukan keamanan.
Azmoun memosting di akun Instagram-nya: ”Dampak paling buruk saya diberhentikan dari tim nasional. Tidak masalah. Saya mengorbankan itu untuk sehelai rambut di kepala wanita Iran.
Cerita ini tidak akan dihapus. Mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan. Malu pada Anda untuk membunuh begitu mudah. Panjang umur wanita Iran.”
Karena postingan itu, PSSI Iran menekan Manajer Timnas Iran Carlos Queiroz. Carlos diminta jangan memilih pemain berusia 27 tahun yang berlaga di Bundesliga tersebut. Padahal, Azmoun itu sosok kunci. Nyawa tim. Bintang lapangan. Carlos melawan. Jutaan fans sepak bola Iran menyebutnya Messi Iran.
IRAN punya seorang nama besar yang bermain di Bundesliga: Sardar Azmoun. Belakangan, Sardar disorot karena masuk skuad tim nasional.--
Dukungan vokalnya untuk para pemrotes sangat signifikan saat kerusuhan di Iran.
Negara-negara Barat telah memberikan tekanan kepada Iran untuk mengakhiri kekerasan. Kerumunan orang di Teheran telah meneriakkan ”matilah diktator”. Mereka menyerukan akhir kekuasaan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, 83 tahun. Ia sudah lebih dari tiga dasawarsa memasung Iran.
Banyak wanita yang membakar jilbab sebagai protes. Di Sanandaj, ibu kota provinsi asal Amini di Kurdistan, beberapa wanita naik ke atap mobil, lalu merobek jilbab di depan kerumunan yang bersorak. Gambar itu diterbitkan kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo (IHR).
Tindakan keras terhadap protes yang dipimpin perempuan telah menuai kecaman dari seluruh dunia.
Mantan kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton memuji para wanita pemberani di Iran yang berjuang melawan rezim untuk kebebasan.
Bulan lalu di sebuah upacara penghargaan, dia berkata, ”Saya tidak bisa berdiri di sini malam ini tanpa juga mengakui para wanita pemberani di Iran yang membela hak-hak mereka, kebebasan mereka melawan rezim mengerikan yang tetap berkuasa dalam skala besar karena mereka menindas wanita.”
”Adalah pekerjaan di negara kita sendiri untuk menjaga kemajuan kita berjalan dan tidak membiarkan waktu diputar kembali, juga peduli dengan seluruh dunia,” lanjutnyi.