CIANJUR, HARIAN DISWAY - Presiden Joko Widodo telah menyatakan bahwa pemilik rumah yang rusak akibat gempa Cianjur akan mendapat bantuan. Besarannya bervariasi. Yang rusak berat mendapat Rp 50 juta.
Kepala BNPB Suharyanto menjelaskan, penentuan tingkat kerusakan itu diputuskan langsung oleh Kementerian PUPR. Tercatat ada 22.241 unit rumah dari 15 kecamatan yang kena dampak. Jumlah itu bertambah sebanyak 15.671 dari sebelumnya.
“Nah, yang akan direlokasi untuk dibangun itu khusus kerusakan berat,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, tadi malam, Rabu, 23 November 2022. Semua spesifikasi rumah yang dibangun akan disesuaikan dengan standar tahan gempa. Tentu mengacu pada aturan Kementerian PUPR. Seperti rumah-rumah yang pernah terdampak gempa di daerah rawan bencana lainnya. Di antaranya, NTB, NTT, hingga Sulawesi. “Jadi nggak akan susah. Karena memang sudah berpengalaman. Tinggal tunggu kepastian datanya saja,” tambahnya.
Selain itu, puluhan ribu warga terdampak kini sudah diamankan ke 14 posko pengungsian. BNPB pun mempersilakan apabila ada warga yang ingin mengungsi ke rumah saudara yang lebih aman. Bakal mendapat dana tumbuh hunian hingga rumah mereka selesai dibangun kembali.
Namun, titik relokasi untuk rumah yang rusak berat itu masih dicari. BMKG masih perlu memadukan data dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. “Kami tengah menyurvei untuk mengidentifikasi wilayah mana saja yang aman terhadap guncangan gempa,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Sebab, ratusan orang meninggal itu tertimpa reruntuhan bangunan. Dan ribuan bangunan ambruk itu bukan saja disebabkan gempa yang dangkal. Melainkan juga akibat struktur bangunan tidak memenuhi standar tahan gempa. Banyak yang masih menggunakan besi tulangan dengan semen standar.
Ketua Divisi Riset Tim Ekspedisi JawaDwipa Lien Sururoh mengatakan, gempa Cianjur memang berulang setiap 20 tahunan. Sebetulnya, masyarakat Sunda di Jawa Barat sudah punya pengetahuan lokal mengenai gempa itu. “Mereka sering menyebut ‘urat’ untuk menggambarkan sebagai sesar,” ujarnyi kepada Harian Disway.
“Urat” itu saling berhubungan satu sama lain. Mulai dari ujung Banten sampai Bali dan Madura. Tentu mereka juga punya kearifan sendiri dalam menyikapi gempa. Misalnya, memiliki desain bangunan rumah tinggal yang tahan gempa.
Bangunan rumah mereka menggunakan bambu. Sebelum pada akhirnya banyak riset menyatakan bahwa bambu memiliki sifat batang yang kuat, ulet dan elastis. “Sifat bambu ini sangat cocok untuk digunakan di wilayah yang rawan gempa. Dan sebetulnya khazanah ini juga tercatat di literatur-literatur kuno masyarakat kita,” ungkap Lien. (Mohamad Nur Khotib)