Mengunjungi Kompleks Hunian Tetap saat Semeru Erupsi lagi

Senin 05-12-2022,04:00 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

Saya membuntuti di belakang. Jarak ke huntap itu sekitar 8 kilometer. Mengarah ke barat. Lewat di tengah hutan jati. Sepanjang jalan yang penuh kabut dan hujan itulah mobil petugas lalu-lalang sambil membunyikan sirinenya.

Di dusun terakhir, Dusun Banjarrejo Barat, saya berteduh di warung. Jaraknya cuma satu kilometer dari huntap. Namun, saya berpencar dengan Lastari. Sebab hujan makin deras. 

Warga di dusun itu banyak yang tetap tinggal. Memilih tak mengungsi. Mereka menuruti anjuran pemerintah setempat untuk tetap tinggal.

"Kami diminta tetap di sini. Tapi harus berjaga di luar rumah," ujar Zainal Arifin, pemilik warung. Ia pun tahu bahwa semua warga huntap turun mengungsi. Menurut Zainal, mereka salah informasi.


Perumahan Bumi Semeru Damai yang merupakan rumah relokasi warga terdampak erupsi Semeru pada 2021 kosong melompong. Semua warga mengungsi meskipun kawasan tersebut dinyatakan aman.-Foto: Mohamad Nur Khotib-Harian Disway-

Bahwa pemerintah mengimbau untuk berjaga di luar rumah. Bukan untuk keluar rumah dan mengungsi. "Jadinya pada turun semua. Padahal aman. Cuma gluduk saja tadi siang terakhir," jelasnya.

Menurutnya, gejala erupsi kali ini berbeda dengan tahun lalu. Dulu, hawa di dusun itu memang memanas saat erupsi jelang sore hari. Namun, dusun tersebut tetap aman. Tidak sampai terguyur abu vulkanik.

Saya melanjutkan perjalanan dengan ikut rombongan mobil Satpol PP yang ada di belakang. Mereka ingin mengecek huntap. "Memang erupsi cukup besar jam 12.00 tadi. Statusnya sudah naik ke level awas," ujar salah sorang petugas Linmas, Totok SP, yang duduk bersama saya di bak mobil Satpol PP Lumajang.

Kami berkeliling menyusuri kompleks huntap. Kondisinya nyaris melompong. Semua warga sudah mengungsi. Namun, mobil tiba-tiba berhenti di salah satu blok perumahan.


Warga Perumahan Bumi Semeru Damai Sumanto , 73 tahun, di rumahnya.-Foto: Mohamad Nur Khotib-Harian Disway-

Ternyata, ada seorang kakek di rumah Blok D1-13 itu. Mengenakan celana pendek dan bersinglet putih. Berdiri di depan pintu rumah.

"Saya menunggu jemputan anak," ujar kakek bernama Sumanto itu. Ia hanya tinggal bersama sang istri. Dan tak bisa turun mengungsi lantaran tak ada kendaraan.

Kakek 73 tahun itu pun sempat menyaksikan erupsi siang tadi. Namun, sama sekali tak membuatnya gentar. Bahkan ia tak merasakan ancaman apa pun saat erupsi terjadi dini hari sebelumnya.

"Tapi, karena anak khawatir, ya sudah saya mau mengungsi saja," katanya. Tak lama kemudian, sang anak tiba dengan seorang kawannya. Membawa dua motor untuk berboncengan dengan Sumanto dan sang istri.

Semua warga huntap mengungsi di berbagai titik. Salah satunya, di kantor Kecamatan Candipuro. Ada sekitar 400 warga dari berbagai dusun berkumpul di sana.


Sumanto bersiap ke pengungsian setelah dijemput anaknya.-Foto: Mohamad Nur Khotib-Harian Disway-

Kategori :