Dari pasien itu, Perel menyimpulkan, semua pasutri harus ikhlas merelakan kepergian masa remaja yang indah. Sebab, nostalgia masa SMA itu jika dikenang terus bakal menimbulkan keinginan bertualang seperti Prita.
”Waktu bergerak, manusia tumbuh. Dari anak jadi remaja, lalu dewasa, kemudian menua. Kita harus ikhlas menerima dan bersyukur atas keadaan ini. Dibandingkan dengan robot manusia yang tidak pernah tua, manusia bakal bosan seumpama jadi robot,” nasihat Perel.
Kasus di Bogor beda dengan kisah Prita. Keluarga Prita kelas menengah AS. Di Bogor warga kelas bawah di sini.
Kapolres Bogor AKBP Iman mengungkapkan motif pembunuhan itu. Barang bukti yang disita dari tersangka, antara lain, motor, HP, uang milik korban.
AKBP Iman: ”Sebelum membunuh, tersangka bersetubuh dengan korban. Lalu, tersangka mencekik korban sampai mati. Motifnya, mencuri harta korban karena tersangka ingin pulang ke Indramayu tapi tidak punya ongkos.”
Ngglethek, tersangka AS selingkuhi LH, berat di ongkos mudik. Kalau begini, tak perlu dianalisis tinggi-tinggi. Ini asli perampokan. (*)