Setelah Pemilu Legislatif 2004 beres, suara surat ijo juga diseret di Pilwali Surabaya 2005. Bambang DH yang menjadi incumbent melawan paslon yang didukung komunitas surat ijo.
Panitia Meraih Hak Atas Tanah (PMHT) dan Perhimpunan Masyarakat Peserta Meraih Hak Milik Tanah (PMPMHMT) bekerjasama dengan aktor-aktor politik. Langkah mereka sah-sah saja. Yang penting tujuan mereka memerdekakan surat ijo tercapai. Para pengurus dua organisasi besar itu mendukung salah satu calon walikota dan wakilnya yang dianggap memihak mereka. PMPMHMT mendukung Gatot Sudjito dan Benyamin Hilly sedangkan PMHT mendukung Erlangga Satriagung dan AH Thoni. Masing-masing membuat kontrak politik. Kalau terpilih, mereka akan menghapus rezim surat ijo. Tanah yang sudah masuk aset pemkot akan dilepas. Anggota DPRD Surabaya lima periode Baktiono ada di Kubu Bambang DH dan Arif Affandi. Incumbent diposisikan sebagai musuh surat ijo karena tidak mau melepas aset tanah ke warga. Dalam pembahasan surat ijo di Komisi A, Baktiono sudah mewanti-wanti agar surat ijo tidak dijadikan komoditas politik. Sebab untuk menyelesaikan surat ijo butuh persetujuan semua parpol. Jika ada satu atau dua parpol yang mengklaim sebagai “dewa”-nya surat ijo, maka partai yang lain akan menjauh. “Ternyata isu surat ijo tetap diseret ke ranah politik,” kata Baktiono. Yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Sikap parpol terbelah gara-gara surat ijo dipolitisir. Cita-cita warga tidak kesampaian. Sementara calon yang mereka unggulkan kalah dalam pemilihan. Bambang DH menang lagi dengan perolehan suara 492.999 setara 25,48 persen. Sementara itu aktor yang membawa isu surat ijo kalah jauh. Yakni Erlangga Satriagung-A.H. Thony yang memperoleh 179.255 suara atau 9,28 persen dan pasangan Gatot Sujito-Benyamin Hilly dengan perolehan 83.929 suara atau 4,59 persen. Lima tahun kemudian isu surat ijo muncul lagi. Kali ini Bambang DH maju sebagai wakil wali kota mendampingi Tri Rismaharini. “Pak Sutadi sama Mazlan Mansyur juga pakai kekuatan surat ijo,” kata Baktiono. Namun hasilnya Risma dan Bambang DH lah yang menang. Sudati dan Mazlan cuma dapat dukungan 61.648 suara atau setara 6,63 peren. Lima tahun setelahnya giliran Risma dengan Whisnu Sakti Buana yang maju. Isu surat ijo muncul lagi. Kali ini Risma mengklaim sudah punya solusi untuk menyudahi problem surat ijo. (Salman Muhiddin) Janji Risma dalam Debat Pilwali, BACA BESOK!