TAK sedikit orang yang mendadak ingat Tuhan ketika sedang dalam kondisi tak menguntungkan. Mungkin bisa dipastikan, sebagian besar dari kita yang jarang sekali berdoa, bisa-bisa akan langsung komat-kamit minta selamat kepada Yang Mahakuasa ketika, misalnya, pesawat yang sedang kita tumpangi mengalami turbulensi hebat di tengah cuaca yang buruk.
Memang, Tuhan memastikan akan mengiyakan permintaan-permintaan kita. Tengoklah Matius 7:7-8. Di sana disebutkan, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, mendapat; dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan."
Pun demikian firman Tuhan dalam Alquran surah Al-Mu'min ayat 60, "Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan" (ud'uunii astajiblakum).
Namun, berdoa saja tidaklah cukup. Harus dibarengi dengan usaha ekstra. Alkisah, dulu saat berjumpa hartawan Anathapindika, Sang Buddha punya pernyataan yang tetap menarik untuk kita renungkan sekarang. Bunyinya begini:
"Oh, perumah tangga, di dunia ini ada lima hal yang diinginkan, menarik, dan menyenangkan. Apakah kelima hal itu? Tidak lain adalah usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, kemasyhuran, dan kelahiran kembali di alam-alam Surga. Akan tetapi, oh, perumah tangga, Saya tidak pernah mengajarkan bahwa lima hal dimaksud dapat diperoleh dengan doa (acayana) ataupun dengan kaul/nazar (patthana). Jika seandainya dapat diperoleh dengan doa atau kaul/nazar, siapakah yang tidak akan melakukannya?
Bagi seorang siswa mulia, oh, perumah tangga, yang mendambakan usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, kemasyhuran, dan kelahiran kembali di alam-alam Surga; sangatlah tidak tepat apabila ia berdoa atau merasa senang dalam usaha seperti itu. Sebaliknya, ia selayaknya menempuh jalan kehidupan yang mengakibatkan usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, kemasyhuran, dan kelahiran kembali di alam-alam Surga. Hanya dengan berbuat demikianlah ia dapat memperoleh apa yang diinginkan, menarik, dan menyenangkan."
Intinya, kata Hadi Prayitno yang punya nama Mandarin Li Shaohong (李绍鸿), kita tidak boleh "平时不烧香,临时抱佛脚" (píng shí bù shāo xiāng, lín shí bào fó jiǎo). Yang artinya, terang retailer mesin-mesin diesel tersebut, "Biasanya tidak mau berdoa; giliran terdesak, baru berlutut minta tolong merangkul kaki sang Buddha."
Orang yang begitu, lanjut Hadi, akan sulit menjadi orang yang berhasil. Sebab, "Kesuksesan tidak bisa didapat dengan jalan instan," katanya. (*)