Kayla Svandia Rilis Single Eventide

Jumat 06-01-2023,10:44 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Salman Muhiddin

Musisi muda bermunculan di industri musik nasional. Salah satunya Kayla Svandia, musisi pendatang baru dari Bandung yang merilis single Eventide.

-- 

Remaja dan aneka ragam kisahnya. Hubungan asmara yang berbunga-bunga, kandas di tengah jalan, atau segala yang mereka alami dalam keseharian. Berbagai pengalaman itu kerap diekspresikan melalui lagu. Apalagi pada zaman kini, fenomena "musik senja" atau musik mendayu-dayu dengan format minimalis sedang menjamur.

Jika pun ada yang berbeda dengan musik senja, musisi-musisi remaja banyak berkutat di genre alternative rock. Jika musik senja tentang suasana hati yang syahdu, alternative rock lebih garang.

Namun musisi pendatang baru asal Bandung, Kayla Svandia, tampaknya memilih jalur berbeda:   alternative pop. Genre yang seolah berada di tengah-tengah, antara musik senja dan alternative rock. "Unsur pop-nya cukup mudah dipahami oleh anak muda masa kini. Sedangkan unsur alternative, saya ingin cakupan sound dan permainannya lebih meluas," ujar Kayla.


Kayla Svandia (tengah) saat peluncuran single Eventide-Kayla Svandia untuk Harian Disway-

Pada 21 Desember 2022, Kayla merilis single perdananya, Eventide. Sebelumnya, dia kerap tampil di berbagai acara di Bandung. Namanya sebagai musisi telah cukup dikenal karena kekhasan warna vokalnya. Single perdana itu pun kerap dibawakan ketika tampil dari panggung ke panggung. Maka saat Eventide dirilis di Telkom University, Kayla menuai antusiasme publik.

Dalam proses aransemen hingga rekaman, dia dibantu oleh tim produksinya. Yaitu Rafi Naufal Maulana, Indra Mukti, dan Martin Deanz yang berpartisipasi sebagai music director. "Rekaman, berikut mixing dan mastering dikerjakan di Martin Deanz Studio di Bandung. Secara genre, Eventide masih dapat diterima, baik oleh penyuka musik senja maupun rock," ungkap musisi 17 tahun itu.

Jika mendefinisikan alternative pop, rasanya cukup susah. Tapi mungkin pengalaman mendengar dapat menjelaskannya. Jika kita mendengarkan lagu yang mungkin terdengar pop, tapi secara keseluruhan tak dapat disebut sebagai pop seutuhnya, maka itulah yang disebut alternative pop.

Kalau dianalogikan, alternative adalah rumah besar. Di dalamnya terdapat beberapa sub-genre, seperti pop, rock, blues, jazz bahkan dangdut. Meski istilah dangdut alternative masih asing di telinga publik. Namun pola permainan yang lebih luas dan tak terlalu menyerupai aslinya itulah yang disebut sebagai alternative.

Sedangkan Eventide, basic-nya memang pop. Cenderung easy listening, baik pada vokal maupun lirik. Namun pola permainan musikalnya variatif. Beberapa part menggunakan distorsi, permainan pentatonik ala blues atau ritme drum yang berbeda dengan lazimnya genre pop.

Karakter vokal Kayla pun menjadi daya tarik tersendiri. Tone vokalnya lembut. Suaranya dapat digolongkan sebagai soprano liris. Yakni suara perempuan dengan nada tinggi, namun tetap terdengar ringan dan manis. Dalam Eventide, meski jangkauan vokalnya tinggi, Kayla piawai memainkan nada-nada rendah yang lembut.


Kayla Svandia musisi asal Bandung.-Kayla Svandia for Harian Disway-

Kecenderungan vokal itu memberi kesan easy to hear dan cocok dengan selera anak-anak muda. Apalagi makna lagunya cukup relate dengan fenomena asmara remaja masa kini.

Eventide berkisah tentang hubungan asmara yang sekuat tenaga ingin dipertahankan, tetapi berakhir sia-sia. Hanya tersisa kerinduan, kesepian, dan penyesalan yang selalu menghantui setiap malam. Penyesalan bercampur kekecewaan, karena telah gagal mempertahankan hubungan itu.

"Intinya, single Eventide diciptakan untuk merenungkan kenangan terbaik dan terburuk bersama seseorang yang dulu pernah ada di hati, tapi kini tak bersama lagi," ujar mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom itu. Lagu itu tercipta dari pengalaman pribadinya.

Nama Kayla sebagai musisi pendatang baru yang sedang naik daun, memberi inspirasi bagi para remaja lainnya. Bahwa baik buruknya pengalaman yang pernah dijalani, seseorang harus tetap menghadapi segalanya dengan lapang dada. Move on. "Cara bangkit dari keterpurukan, adalah menuangkannya lewat musik. Saya harap kawan-kawan lainnya menjadikan pengalaman sebagai landasan untuk kreatif," terangnya.


Sosok Kayla Svandia yang merilis single Eventide.-Kayla Svandia for Harian Disway-

Dalam intro hingga menjelang reffrain, permainan gitar Indra dan Rafi saling mengisi: I'm trying, really trying/to be what you ask and be who we are/I felt lost for a while, and blinded by time trying to find my way back home. Potongan lirik awal Eventide memang cukup mendayu. Lantas memasuki reffrain, distorsi-distorsi mulai menggoda.

With my dark side, would you back?/Sorry for forcing you to love all of my flawns/cause it hurts to know/you've found better one/Can treat you right than I did. Itulah lirik reffrain lagu ciptaan Kayla tersebut. Pada bagian melodi setelahnya, kedua gitar saling mengisi sebagai rythm section, melatari pola-pola melodis khas rock era '90an dengan bending yang menghasilkan lengkingan tajam.

Nuansa komposisi Eventide cukup berwarna. Liriknya berbahasa Inggris, karena Kayla ingin lagunya bisa diterima oleh pendengar di luar Indonesia. "Saya cenderung menulis lirik dengan bahasa Inggris. Lebih emosional. Harapannya, tentu agar kelak bisa go international," harapnya. Sebagai pendatang baru, kreativitas dan inovasi Kayla patut diapresiasi. (Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :