SURABAYA, HARIAN DISWAY - Mahasuswa harus punya kemampuan berpikir kritis. Pernyataan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy itu disampaikan di hadapan Stadium General dalam agenda Rakornas II Dewan Perwakilan Mahasiswa PT Muhammadiyah dan Aisyiah se-Indonesia di Auditorium FIP UMJ, akhir tahun lalu.
“Sebagai mahasiswa, kalian tidak boleh tutup mata terhadap keadaan yang ada. Jika ingin ada perubahan, kalian harus terlibat di dalamnya. Apalagi kalian adalah aktivis,” kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
manfaat berpikir kritis bagi mahasiswa:
1. Lebih terbuka
Salah satu manfaat berpikir kritis adalah lebih terbuka terhadap pendapat yang berbeda. Saat menerima informasi baru atau mencari solusi untuk masalah yang ada, mahasiswa dapat melihat secara objektif sumber pengetahuan yang sudah dimiliki.
2. Memecahkan masalah dengan mudah
Berpikir kritis juga memungkinkan mahasiswa untuk memecahkan masalah dengan lebih mudah. Pemikiran kritis ini juga dapat membantu Anda menemukan solusi. Dengan kata lain, berpikir kritis meningkatkan keterampilan pemecahan masalah Anda.
3. Minimalkan kesalahpahaman
Jika Anda tidak terbiasa berpikir kritis, persepsi akan menjadi tantangan terbesar. Berpikir kritis dapat membuat lebih mudah untuk menggambarkan sudut pandang orang lain daripada memercayainya. Saat Anda menyadari bahwa persepsi seseorang salah, Anda membantunya menemukan kebenaran. Ini, tentu saja, mengurangi kesalahpahaman.
4. Kenali kemampuan Anda
Manfaat berpikir kritis selanjutnya adalah mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan diri. Terutama ketika menganalisis masalah secara kritis. Mahasiswa akan menemukan informasi baru dan belum pernah dilihat sebelumnya.
5. Komunikasi lebih baik
Berpikir kritis secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan komunikasi. Berpikir kritis memungkinkan Mahasiswa mengkomunikasikan ide-ide yang muncul dengan cara yang sistematis dan lebih informatif sehingga orang lain dapat dengan mudah memahaminya.
6. Tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain
Kasus terorisme dan infiltrasi sekte agama lain terhadap ajaran semakin meningkat. Yang sering menjadi korban adalah mahasiswa. Hal itu tidak akan terjadi jika mahasiswa terus mengasah soft skill berpikir kritis. (Vania Putri Wikitasari)