Cheng Yu Pilihan Tan Ka Siong: Tian Wang Hui Hui, Shu Er Bu Lou

Sabtu 01-04-2023,05:51 WIB
Reporter : Novi Basuki & Annie Wong
Editor : Tomy C. Gutomo

SIMA QIAN, bapak sejarah Tiongkok, pernah mengutarakan kekesalannya dalam Shiji (史记), mahakaryanya yang banyak sekali dirujuk oleh para sejarawan di seluruh dunia. 

Di sana, Sima Qian menggerutu, "Kok bisa-bisanya orang yang jahatnya sudah sundul langit ketujuh, masih bisa hidup bergelimang harta dan terus naik jabatannya? Katanya ada hukum karma?" Kira-kira begitu kedongkolan Sima Qian kalau diterjemahkan ke bahasa sekarang. 

Kita pun acap dipertontonkan dengan keadaan yang mirip dengan yang membikin Sima Qian kesal itu. Misalnya, politikus culas dan koruptor rakus ditangkap dan dijebloskan ke penjara tapi penjaranya rasa istana yang serba-ada.  Setelah keluar, duitnya masih banyak dan tanpa rasa malu mau ikut lagi kontestasi pemilu.

Namun, agaknya memang betul apa yang dinyatakan adagium Latin, "Quos Deus vult perdere, prius dementat" (bila Tuhan akan menghancurkan seseorang, Dia akan membuatnya gila dulu). 

Berarti, balasan atas perbuatan jahat tetaplah ada. Tinggal menunggu waktu saja. Tuhan mungkin sengaja membuat si pelaku terlena dengan kenikmatan-kenikmatan sementara, sebelum kemudian diberi ganjaran yang seberat-beratnya. 

Sebagaimana ditegaskan Founder Taoisme Lao Tzu dalam bab 73 kitab Tao Te Ching, "天网恢恢,疏而不漏" (Tiān wǎng huī huī, shū ér bú lòu): jaring Langit lubangnya besar-besar, tetapi tak satupun yang bisa lolos darinya.

Itulah yang dijadikan pedoman oleh Tan Ka Siong dalam menjalani kehidupan dan pekerjaan. 

"Pepatah tersebut mengajarkan saya untuk bertanggung jawab dan siap menerima apapun konsekuensi dari segala yang saya perbuat," ujar Ka Siong, yang merupakan in-house lawyer grup perusahaan ternama di Jakarta. (*)

 

Kategori :