Akhirnya Kings

Rabu 05-04-2023,04:00 WIB
Oleh: Azrul Ananda

Bahkan, tim tersebut beberapa tahun kemudian sempat terancam dijual dan dipindah ke Seattle atau Anaheim. Berkat protes keras suporter dan warga Sacramento, serta upaya keras pemerintah kota, Kings akhirnya berhasil dipertahankan. Pemiliknya berganti ke yang sekarang (Vivek Ranadive).

Investasi baru dicanangkan, termasuk membangun G1C yang ultramodern di pusat kota.

Itu pun butuh lebih dari sepuluh tahun untuk mengembalikan performa. Setelah berkali-kali salah manajemen, mereka baru menemukan general manager yang hebat pada 2019. Bernama Monte McNair. Secara bertahap, McNair mengumpulkan pemain muda yang tepat. Membangun aset, untuk kemudian ditukar dengan bintang yang dibutuhkan. Kemudian, memilih pelatih yang pas (Mike Brown), dan menambahkan pemain-pemain lain sesuai kebutuhan posisi.

Jadilah tim yang sekarang ini. Dengan starter De’Aaron Fox, Domantas Sabonis, Harrison Barnes, Kevin Huerter, dan rookie Keegan Murray. Plus beberapa pemain cadangan solid seperti Malik Monk dan Davion Mitchell.

Tim ini dirancang untuk jangka panjang. Usia rata-rata starter masih sekitar 25. Kecuali Barnes, yang sudah 30. Harapan McNair, tim ini bisa tumbuh berkembang bersama dalam beberapa tahun ke depan.

Di NBA (atau liga Amerika lain), membangun tim memang tidak bisa asal beli pemain. Regulasi pertukaran, pemilihan pemain muda, dan kenaikan gajinya sangat dikontrol. Jadi, seorang general manager harus benar-benar jeli dalam memilih dan mengatur anggaran.

Ternyata, tim ini tumbuh lebih cepat dari harapan. Bukan sekadar lolos playoff, tim ini bisa tiga besar di Barat. Dengan potensi terus berkembang ke depannya.

Ya, tim ini tidak sempurna. Tim ini mampu menjadi offense nomor satu di NBA. Bahkan, offensive rating-nya nomor satu dalam sejarah NBA. Tapi, masih punya kelemahan bertahan dan masih punya ”penyakit” tim muda, yaitu tidak konsisten. Tapi, itu semua bisa berkembang ke depan.

Di playoff nanti, Kings bisa saja kembali tersandung di ronde pertama. Namun, seluruh penggemarnya tidak akan kecewa. Sekarang saja sudah melewati ekspektasi. Lebih penting lagi, sekarang saja sudah mengobati rasa rindu dan sakit selama 17 tahun.

Tak heran, kota itu menyambut kesuksesan lolos playoff bak juara. Usai kemenangan di Portland, para penggemar berkumpul malam-malam di sekitar G1C, menyaksikan cahaya laser ungu ditembakkan ke langit (Light the Beam, penanda kalau Kings menang). Kemudian, berteriak-teriak, menyanyi-nyanyi. Banyak di antara mereka yang masih muda. Dulu masih balita ketika Kings kali terakhir lolos playoff. Ada orang tua yang mengajak anaknya, bercerita bagaimana dulu mereka adalah saksi era keemasan Kings.

Kemudian, ratusan penggemar menunggu di bandara, menjemput kepulangan pesawat jet carteran yang mengangkut pemain Kings pulang dari Portland.

Sebagai penggemar Kings jauh di Indonesia, saya mengikuti terus berita-berita kecil dari Sacramento ini. Ikut terharu rasanya.

Saya juga terharu melihat beberapa teman –bahkan sahabat– yang bekerja di Sacramento Kings. Salah satunya Scott Freshour, petinggi entertainment sekaligus MC pertandingan, yang sudah belasan tahun bekerja di Kings. Ia ”adik kelas” saya di universitas dan termasuk sukses sebagai ”suara” Sacramento Kings.

Bahkan, ia dianggap sebagai salah satu MC terbaik di NBA. Pernah delapan kali jadi MC di laga NBA All-Star. Pernah pula jadi MC di laga tim nasional basket Amerika. Pernah pula diundang jadi MC balapan Formula 1 di Amerika!

Sulit dipercaya, ini adalah kali pertama ia akan menjadi MC laga playoff di Sacramento! 

Usai Kings menang di Portland, Freshour langsung mengirimi saya pesan teks. Menanyakan, apakah saya bisa ke Sacramento ikut menonton laga playoff nanti. ”Dude, you gotta come to Sacramento for a playoff game!” Begitu pesannya.

Kategori :