Salah satu ketegasan yang pernah ia lihat dari sosok itu, terjadi ketika terdapat pemuda-pemuda di kampungnya yang berperilaku tidak baik. "Dipanggil sama Abah Blater. Lalu ditempeleng. Tapi setelah itu dinasihati. Bahwa kesombongan tidak menjadikan seseorang mendapat pengakuan, atau menjadi istimewa di mata masyarakat. Lalu anak itu diusap kepalanya dan ia bertobat. Menangis," kenangnya.
"Jadi, kalau sekarang ada orang yang disebut blater tapi tidak memahami esensinya itu disebut blater pagharan," sahut Faishal. Artinya, blater yang hanya tahu permukaannya tapi tak paham kedalaman nilainya. (Guruh Dimas Nugraha)