HARIAN DISWAY - Salah satu penyebab kenapa kita sulit bahagia mungkin karena kita memaksakan diri untuk mengejar apa yang dipatokkan orang lain. Kita akhirnya sulit menjadi diri sendiri dan apa adanya karena itu.
Misalnya, padahal makan dengan lauk pete dan sambal terasi sudah enak sekali, tapi biar dianggap kaya oleh tetangga, pilih makan steak Wagyu A5.
Uang untuk makan sederhana –bukan di Restoran Padang Sederhana yang harganya sama sekali tidak sederhana-- selama sebulan pun habis dan tak tahu harus berutang ke mana untuk bertahan hidup 30 hari ke depan. Menderitalah kita dibuatnya.
"Makanya, jadilah diri kamu sendiri. Jangan menjadi orang lain. Karena kalau kamu jadi orang lain, maka kamu adalah jadi-jadian, maka kamu adalah siluman," kata Komeng, sambil tertawa.
Uhuuuyyy! Komeng memang begitu. Ia selalu menjadi dirinya sendiri, yang "与众不同" (yǔ zhòng bù tóng): berbeda dari yang lain. Tengok saja lawakan-lawakannya: punya ciri khas.
"Seperti 'Spontan''. Saat dulu kami tawarkan, dianggap sebagai sesuatu yang aneh. Saya buat juga dengan Adul. Nama programnya: ''Warawiri'', program traveling komedi.
Waktu itu TV agak bingung: Kok traveling dibecandain? Nanti orang gak percaya! Program sahur juga. Saya, Adul, dan almarhum Olga. Saya bikin beda. Namanya SKS: Saatnya Kita Sahur. Dan masih banyak lagi (yang beda-beda begitu)," terang Komeng.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Perancang Busana Anne Avantie: Tian Dao Wu Qin, Chang Yu Shan Ren
Kebiasaan tampil sebagai orang yang punya ciri khas itu Komeng terapkan ketika pada 2024 ini mencalonkan diri sebagai anggota DPD-RI. Anda sudah tahu, jika politikus kebanyakan memasang foto resmi nan kaku, tidak demikian dengan Komeng.
Fotonya jenaka. Membuat orang yang berada di dapilnya, atau bahkan yang bukan di dapilnya, seketika ingin menyoblosnya –meski tak ada serangan fajar atau dijanjikan ini-itu sebelumnya.
Komeng mengajari kita bahwa menjadi diri sendiri dan membahagiakan banyak orang akan membuat kita jadi pemenang kendati tak bermodal banyak uang. Uhuuuyyy! (*)