Kegagalan utama MU saat dilatih Erik ten Hag adalah performa tim yang labil. Saat ditangani Ten Hag, performa MU masih naik turun.
Memang, salah satu penyebab mereka tidak bisa tampil optimal adalah badai cedera. Kendati demikian, MU tidak jarang mendapat hasil minor ketika skuad lengkap.
Ketika tim dalam kondisi pincang, MU justru bisa bermain lebih maksimal dan meraih apa yang diinginkan. Salah satu contohnya di final Piala FA 2023/2024, dengan mengalahkan Man City walau dihadapkan pada pemain-pemain seadanya.
Sudah berapa kali MU kalah di kandang sendiri, bahkan saat menghadapi tim lemah. Banyak pengamat sepak bola Inggris yang menilai skuad mereka kurang disiplin, hilang konsentrasi, salah posisi dalam permainan.
BACA JUGA:Ten Hag Lewat! Ajax Amsterdam Pilih Francesco Farioli, Lebih Hebat?
BACA JUGA:Bayern Munchen Incar Erik Ten Hag, Ajax Juga Mau!
2. Gagal Dapat Trofi Bergengsi
Selebrasi Raphael Varane usai berhasil membantu Manchester United Juara Piala Carrabao cup musim 2022/2023-instagram -@raphaelvarane
Banyak publik menilai trofi yang diraih MU selama kepemimpinan Erik ten Hag adalah Piala Ciki alias trofi yang biasa-biasa saja.
MU meraih Carabao Cup di musim perdana Ten Hag, ditambah baru saja menggondol FA Cup. Namun, keduanya dinilai belum cukup. Tidak selevel dengan gelar juara liga maupun Liga Champions.
Bagaimanapun MU adalah tim besar. Dengan sejarah panjang dan rentetan rekor mengagumkan. Mereka adalah salah satu tim tersukses di Inggris. Koleksi trofi Premier League maupun Liga Champions mereka terbanyak di tanah Britania (selain Liverpool).
Tim sekelas MU sudah selayaknya memiliki ambisi lebih. Mereka selayaknya bersaing meraih gelar Premier League dan Liga Champions, sebagai lambang supremasi terbaik di benua biru. Seperti akhir era 90-an dan awal 2000-an.
Bukannya malah mendapat trofi gurem yang pride-nya tak seberapa. (*)