Tapi, sebagai awalan, ArtSubs rupanya telah menarik hati para pencinta seni Surabaya. Saya menyaksikan para pengusaha yang terkenal sebagai kolektor karya seni berdatangan. Apalagi, ArtSub itu tak hanya mendapat dukungan penuh dari pemerintah kota Surabaya. Tapi, juga dari pusat. Itu terbukti dari kehadiran Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Kejagung Reda Manthovani dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati.
Yang pasti, hadirnya ArtSubs di Surabaya tahun ini memberikan harapan baru untuk tumbuh kembangnya jagat kesenian di Surabaya. Barangkali, untuk yang pertama ini, belum banyak seniman Surabaya yang terlibat. Tapi, hal itu pasti bisa mengguggah mereka untuk terus berkarya sehingga bisa lolos dalam kurasi karya di ArtSubs berikutnya.
Barangkali ke depan tidak harus bersaing dalam jumlah seniman yang terlibat. Tapi, lebih fokus terhadap tema seni yang ingin diangkat. Bukan jumlah yang utama. Melainkan, bagaimana menyajikan karya-karya yang istimewa dalam tata kelola pertunjukan seni kontemporer yang lebih sempurna. Yang memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya.
Penting juga dipikirkan ke depan membangun ”hallo effect” yang memberikan kesan mendalam bagi pengunjung pameran di depan gedung Pos Bloc maupun di gedung utamanya. Sebab, yang demikian itu akan berpengaruh terhadap mood kita dalam menikmati karya-karya seni yang dipamerkan setelahnya.
Toh demikian, apresiasi patut diberikan kepada inisiator ArtSubs. Itu sebuah lompatan jauh dari dinamika seni di Surabaya. Kota yang sudah sejak lama telah tertinggal dengan Kota Bali, Jogja, Bandung, dan Jakarta. Kekurangan sentuhan seni selama ini yang membuat Surabaya yang sudah panas menjadi lebih panas.
Seni adalah oase untuk mengurangi panasnya suasana kota ini. Saya masih ingin mengunjungi lagi ketika seluruh produksi ArtSubs telah tuntas semuanya. Sehingga bisa lebih adil ketika harus membandingkan dengan ArtJog yang sudah berlangsung kali kesekian dan kota tempat tinggal kedua saya setelah Surabaya. (*)