Teladani Kelahiran Yesus di Bethlehem

Rabu 25-12-2024,15:05 WIB
Oleh: Pendeta Natael Hermawan Priant


Pendeta Natael Hermawan Prianto, Ketua PGIW Jatim, Ketua Majelis Agung GKJW--

“KEMBALI ke Betlehem” (Lukas 2:11). Itu adalah tema natal yang ditetapkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Umat Kristiani di Indonesia diajak untuk kembali merenungkan makna kelahiran Yesus Kristus.

Juga sebagai cermin kiprah para gembala jemaat dalam mengajarkan keimanan dan keyakinan. Tema natal itu juga mengajak kita manusia untuk melakukan refleksi atas nilai-nilai kasih, damai dan kesederhanaan.

Karena dalam kisah kelahiran Yesus di Bethlehem, gembala adalah gambaran orang-orang miskin dan sederhana yang menaruh pengharapan akan keselamatan pada Allah. Mereka sering dipandang sebagai orang pinggiran dan kurang diperhitungkan dalam kehidupan sosial. 

BACA JUGA:Natal 2024: Spirit dari Bethlehem

BACA JUGA:25 Link Twibbon Hari Natal 2024 yang Menarik, Lengkap dengan Ide Caption untuk Postingan Media Sosial

Namun mereka jugalah orang-orang pertama yang dipilih Allah untuk mendapatkan warta gembira keselamatan. Kesigapan serta kesediaan total untuk menanggapi berita keselamatan itu menjadi contoh bagi kita agar kita pun bergegas berjalan bersama menjumpai Yesus.

Setelah berjumpa dengan Yesus, para gembala mengalami pembaharuan hidup dan sikap mereka. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang optimistis dan dengan sukacita “memuji dan memuliakan Allah” (Luk 2:20). 

Rahmat Tuhan dalam perjumpaan itu telah mengubah mereka. Betapa dahsyat kekuatan kasih Tuhan yang memperhatikan dan mendorong mereka untuk melakukan misi baru.

Seperti para gembala itu, kita sebagai satu kawanan umat Allah dipanggil untuk bersama-sama menjumpai Yesus. Mengampuni, menyembuhkan, peduli pada orang yang dikucilkan, dan terpinggirkan.


PERENUNGAN Paus Fransiskus di depan patung keluarga kudus di Aula Paulus VI, Vatikan, 21 Desember 2024. Patung itu menyiratkan kesederhanaan keluarga Santo Yosef dan Buda Maria ketika melahirkan Tesus di Bethlehem.-Andreas Solaro-AFP-

Perjumpaan yang sejati dan tulus membuat kita menerima kekuatan dari Yesus untuk memberikan kesaksian dalam bentuk “memuji dan memuliakan Allah”. Kemuliaan Allah itu dilaksanakan dalam tindakan-tindakan yang menghadirkan kasih-Nya, di tengah keluarga, komunitas, Gereja, masyarakat dan bangsa. 

Kasih kepada sesama manusia itu menjadi konkret dalam tindakan saling menghormati, menghargai, menguatkan, dan membangun persahabatan antar manusia tanpa memandang perbedaan suku, agama, kepercayaan, golongan, warna kulit, dan status sosial. Maka, perayaan Natal sungguh mendorong kita untuk berjalan bersama dalam iman, persaudaraan dan bela rasa (compassion).

Pewartaan kasih Allah terasa semakin mendesak mengingat sebagian masyarakat kita masih mudah diadu domba oleh berita-berita yang menyesatkan dan hasutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Akibatnya mudah terjadi konflik, perpecahan, dan tindak kekerasan. 

Di samping itu, persoalan ketidakadilan, kemiskinan, intoleransi, perdagangan orang, praktik-praktik perjudian dan pinjaman online, dan perusakan lingkungan hidup juga masih marak terjadi. 

Kategori :