HARIAN DISWAY - Bayangkan jika Anda hidup pada abad ke-15. Pada waktu itu, jika seseorang memiliki pendapat bahwa bumi mengelilingi matahari, Anda bisa dihukum mati.
Itulah latar dari kisah anime Chi: Chikyū no Undō ni Tsuite. Tokohnya bernama Rafal. Ia merupakan anak ajaib yang cerdas. Rafal mampu menemukan kebenaran dari mentornya.
Namun, kebenaran itu membawa malapetaka. Inkuisisi datang, membawa ancaman “keadilan Tuhan.” Berbekal liontin misterius, Rafal harus melarikan diri. Melanjutkan penelitian mentornya dan mencari cara untuk menerangi dunia yang gelap.
Karya Uoto itu pernah dimuat dalam majalah Big Comic Spirits pada September 2020. Berakhir dengan delapan volume pada April 2022.
Tak hanya sukses secara komersial, manga itu juga menyabet Grand Prize Tezuka Osamu Cultural Prize ke-26. Uoto, yang saat itu baru berusia 24 tahun, menjadi pemenang termuda sepanjang sejarah penghargaan tersebut.
Dalam versi internasional, manga tersebut dirilis dalam format omnibus dengan judul Orb: On the Movements of the Earth. Kisahnya mengangkat konflik besar antara sains dan dogma di masa lalu — tema yang ternyata masih relevan hingga kini.
BACA JUGA:Sukses Dengan Anime-nya, Papiri Komei Diadaptasi Jadi Film Live-Action
BACA JUGA:Ghost of Tsushima Siap Hadir dalam Format Anime, Tayang di Crunchyroll 2027 Mendatang
Chi: Chikyū no Undō ni Tsuite akan hadir dengan konsep anime sejarah yang cukup menjanjikan. --Epic Dope
Adaptasi anime Chi: Chikyū no Undō ni Tsuite mulai tayang pada Oktober 2023 di NHK General. Netflix dan ABEMA menyusul dengan menayangkan setiap episodenya setelah rilis di TV. Serial itu terdiri dari 25 episode yang direncanakan tayang selama dua cour berturut-turut, atau setengah tahun penuh.
Diarahkan oleh Kenichi Shimizu dari Madhouse — studio legendaris di balik Parasyte -the maxim- dan Death Note — anime itu menjanjikan kualitas visual dan narasi yang solid. Masanori Shino, desainer karakter dari Black Lagoon, memberikan sentuhan visual yang tajam.
Sementara kensuke ushio, komposer musik dari A Silent Voice, menghadirkan musik yang menggugah emosi. Lagu pembuka “Kaijū” dari sakanaction dan lagu penutup “Hebi” dari yorushika menjadi pelengkap yang sempurna.
Deretan pengisi suara papan atas menjadi daya tarik tersendiri. Maaya Sakamoto sebagai Rafal, Kenjirō Tsuda sebagai Novak, dan Shō Hayami sebagai Hubert menghadirkan emosi yang kuat. Mereka berhasil membawa konflik batin dan perjuangan Rafal menjadi terasa nyata.
BACA JUGA:Manga dan Anime Under Ninja Diadaptasi Jadi Film, Tayang Februari 2025!
BACA JUGA:Anime Blue Miburo: Kisah Epik Samurai Penjaga Kyoto Berlanjut di Season 2 Awal Tahun Ini
Anime itu tidak hanya menawarkan kisah epik, tetapi juga refleksi tentang keberanian memperjuangkan kebenaran. Madhouse menyajikan latar abad pertengahan yang suram dengan detail yang memikat.
Penyutradaraan Kenichi Shimizu memastikan setiap adegan penuh makna, menggambarkan tekanan sosial dan religius yang dialami para tokohnya.
Rafal adalah simbol perjuangan melawan ketakutan dan ketidakpastian. Ia menunjukkan bahwa pencarian ilmu pengetahuan adalah perjalanan yang berbahaya, tetapi tak ternilai harganya.
Dalam dunia modern yang sering mengabaikan fakta, kisah itu menjadi pengingat akan pentingnya mempertahankan integritas intelektual. (*)