MJO yang aktif tersebut mempunyai andil dalam meningkatnya aktivitas konveksi yang membuat potensi hujan deras di sejumlah wilayah semakin besar.
Terakhir, analisis labilitas lokal menunjukkan indikasi potensi perkembangan awan konvektif di berbagai wilayah.
Wilayah tersebut meliputi termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
BACA JUGA:Bekasi Dikepung Banjir, 20 Titik Terendam di 7 Kecamatan, Ketinggian Air Capai 3 Meter
BACA JUGA:Rano Karno soal Banjir Jakarta: Masalah Curah Hujan Itu Keputusan Tuhan
Sebagai informasi, peran dari labilitas atmosfer yaitu mendukung proses pembentukan awan hujan. Khususnya di waktu siang hingga sore atau malam.
“Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan," tuturnya.
Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang.
BACA JUGA:Update Banjir Jakarta Per Hari Ini, Berikut Sebaran Titik Lokasi yang Tergenang!
BACA JUGA:Kondisi Terkini Banjir Kota Bekasi Mulai Surut, Warga Menunggu untuk Evakuasi
Sebelumnya, pada Selasa malam, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyampaikan perkiraan hujan berintensitas tinggi masih turun hingga tanggal 11 Februari.
Maka dari itu, ia menyampaikan pesan untuk tetap waspada lebih-lebih siaga kepada beberapa daerah yang rawan terjadi longsor dan banjir.
“Kemarin yang tertinggi itu sampai 232 milimeter dalam 24 jam. Kami prediksi sampai tanggal 11 itu kita masih perlu waspada bahkan siaga. Jadi, mungkin akan sedikit menurun. Kemudian, akan meningkat lagi sekitar tanggal 11,“ jelasnya.
*) Mahasiswa magang dari Universitas Airlangga