Masjid Rahmat dan Mbah Karimah memiliki ikatan spiritual. Mbah Karimah merupakan tokoh Islam di Surabaya yang juga ikut menggagas berdirinya masjid bersama Sunan Ampel. Sekaligus mertua dari salah satu dari Wali Songo itu.
SATU tokoh yang tak bisa dilupakan jika mendalami Masjid Rahmat. Ya, ia adalah Mbah Karimah. Ia memiliki nama lengkap Mbah Wiroseroyo. Nama lainnya adalah Ki Bang Kuning. Ia memiliki peran dalam pembangunan Masjid Rahmat. Ia juga menjadi salah satu tokoh penyebaran agama Islam di Surabaya.
Nama Bang Kuning kemudian menjadi nama kampung di sekitarnya. Kembang Kuning. Termasuk nama yang dipakai untuk pemakaman Tionghoa dan Belanda.
Setiap tahun, Masjid Rahmat menjadi saksi bisu dari kemeriahan Haul Mbah Karimah. Perayaan itu dilakukan setiap Sabtu malam Ahad pada akhir Jumadil Awal. Tahun lalu, Haul Mbah Karimah jatuh pada 6-7 Desember 2024.
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (8): Motif Semanggi Khas Surabaya
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (7): Simbol Toleransi Sejak Zaman Kompeni
Acara itu berhasil menarik ribuan jamaah dari berbagai daerah di Jawa Timur. “Beliau adalah tokoh agama Islam di Surabaya. Tahun lalu ada sekitar 15.000 jamaah yang hadir,” ujar Achmad Muryadi, Imam Besar Masjid Rahmat.
Biasanya, sejak pagi, Masjid Rahmat sudah dipenuhi oleh para peziarah dan jamaah. Mereka datang dari berbagai penjuru, baik dari dalam Surabaya maupun luar kota. Jamaah yang datang mengenakan pakaian serba putih sambil mengenakan sarung. Itu adalah simbol kesucian dan penghormatan kepada Mbah Karimah.
BUKA PUASA yang biasa dilakukan di Masjid Rahmat Kembang Kuning selama Bulan Ramadan.-Moch Sahirol Layeli-
Lalu, di luar masjid, tenda-tenda besar didirikan untuk menampung para jamaah yang datang. Sepanjang jalan Kembang Kuning pun tampak padat. Para Jamaah memenuhi kawasan sekitar Masjid Rahmat untuk perayaan itu.
Bahkan, saat malam hari, Jalan Diponegoro sampai ditutup sementara untuk perayaan Haul Mbah Karimah. “Masjid Rahmat memang menjadi pusat kegiatan Haul Mbah Karimah,” tegas Achmad.
Kemudian, di sekitar jalan Kembang Kuning, para pedagang sudah berbaris rapi di tepi jalan. Mereka sudah menyiapkan barang dagangan mereka. Ada makanan, ada minuman, ada juga pernak-pernik Islami yang bisa digunakan saat pengajian, tasbih misalnya. “Adanya kegiatan Haul itu multifungsi. Termasuk adanya UMKM yang turut mendapat manfaat,” imbuh pria berusia 64 tahun itu.
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (6): Ajak Musafir Nyantri hingga Beri Beasiswa Pendidikan
BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (5): Sukses dengan Model Direksi, Kini Buka Cabang di Dua Kota
Ratusan pedagang yang sebagian besar warga sekitar selalu kecipratan rejeki setiap digelar haul. Banyaknya jamaah yang datang membuat apapun dagangan mereka terjual. Termasuk mainan anak. Itu karena banyak jamaah yang membawa serta anak mereka dan mainan menjadi salah satu cara membujuk agar mereka tidak rewel.