Penundaan Tarif Impor Trump Bikin Lega, Indonesia Jajaki Negosiasi dengan AS

Sabtu 12-04-2025,19:23 WIB
Reporter : Ghinan Salman
Editor : Noor Arief Prasetyo

Airlangga mengatakan, dia akan turut membawa tim teknis lintas kementerian/lembaga (K/L) yang terkait dengan proses negosiasi dari bidang perdagangan, energi, hingga pertanian.


Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Kalimas Surabaya, Kamis, 10 April 2025.-Moch Sahirol Layeli-

Ia menjelaskan, Indonesia telah mengirimkan surat kepada United States Trade Representative (USTR), Menteri Perdagangan AS (Howard Lutnick), dan Menteri Keuangan AS (Scott Bessent). Saat ini, Indonesia sedang menunggu konfirmasi jadwal pertemuan atau respons lebih lanjut dari masing-masing kementerian tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, menanggapi positif penundaan kebijakan tarif impor Trump yang dianggap meringankan beban ekspor nasional. Namun, langkah ini bukan jaminan jangka panjang. Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh lengah.

Sebab, dampak penundaan kebijakan tarif AS hanya bersifat sementara. Dalam skenario terbaik, kebijakan tarif Trump hanya memberikan kepastian berusaha selama 90 hari. Idealnya, dalam waktu tersebut, Indonesia sudah menciptakan kesepakatan tarif dagang baru dengan AS.

”Indonesia harus tetap mengupayakan negosiasi untuk penghapusan tarif bagi berbagai produk ekspor nasional, dan fokus mempercepat reformasi ease of doing business serta efisiensi iklim usaha dan investasi,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusan penundaan tarif impor itu melalui media sosial pada Rabu, 9 April 2025. Perubahan sikap itu terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku.

Trump mengatakan, lebih dari 75 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk bernegosiasi mengenai hambatan perdagangan. Mereka berharap AS dapat menurunkan tarif impor bagi negara terkait.

Trump juga menghadapi tekanan besar dari para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arah kebijakannya. Pasalnya, tarif Trump dinilai berisiko memicu gejolak pasar dan ketakutan akan resesi ekonomi. (*)

 

Kategori :