Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (6): Bertualang Menjelajah Paris di Bawah Tanah

Jumat 30-05-2025,16:45 WIB
Reporter : Devina Putri Dwi Prasetyo*
Editor : Heti Palestina Yunani

Eh, tunggu dulu, di jam pulang kantor, terutama di awal musim panas ini, kabin bisa berubah menjadi saung sauna komunal. Di situ saya belajar satu hal penting: bawa masker. Karena solidaritas sesama penumpang kadang berujung aroma yang tak terduga.

Di balik semua itu, saya menemukan keindahan tersembunyi. Stasiun Arts et Métiers terasa seperti adegan film Steampunk: temboknya berpadu dengan panel tembaga berkilau, seakan mengundang untuk masuk ke mesin waktu. 

Sementara Stasiun Étoile memamerkan lengkung besi bergaya Art Nouveau yang anggun—seolah memberi tahu, ”Halo, ini Paris, mohon hormati karya seni gratis ini.” Kadang saya berdiri sebentar di peron, dan merenung tentang betapa rapinya semua ini terkoordinasi. Tentu, sambil menghela napas, sambil meluruskan kaki karena harus naik turun tangga. Kesel rek

Kini, setiap kali saya mendengar bunyi lonceng yang memberitahu pintu akan menutup, saya tersenyum. Metro Paris sudah menjadi panggung harian saya: saya belajar menghargai detail kecil, menyesuaikan langkah dengan ritme bersama, dan selalu siap untuk kejutan—entah itu mural baru, sapaan singkat sesama penumpang, atau cerita lucu yang menanti di stasiun berikutnya. (*)
*) I.G.A.K. Satrya Wibawa, Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Staf Pengajar Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga.--

Indeks: Menyaksikan reality show jalanan di bus Paris. Baca besok…

Kategori :