HARIAN DISWAY - Ada yang berbeda dalam susunan pelatih Kopi Good Day DBL Indonesia All-Star 2025. Di antara pelatih senior itu hadir sosok baru: Mega Nanda Perdana.
Dia adalah pelatih tim putri SMAN 1 Madiun. Meski namanya baru muncul di panggung kepelatihan DBL, jejaknya di dunia basket Indonesia tak bisa dianggap remeh.
Mega adalah mantan pemain profesional yang pernah membela timnas Indonesia, meraih medali perak di SEA Games 2021 dan medali perunggu di SEA Games 2019.
Kini, ia beralih peran dari pencetak poin di lapangan menjadi penyusun strategi di tepi lapangan. Menariknya, ini adalah musim pertamanya sebagai pelatih.
"Pastinya ada rasa deg-degannya," ungkap Mega setelah menjalani training camp pertama di Surabaya. "Ini seperti debutku. Pertama kali memegang tim nasional, dengan pemain-pemain terbaik Indonesia. Rasanya campur aduk," imbuhnya.
BACA JUGA:DBL Indonesia All-Star 2025 Bertolak Jakarta ke Chicago, Berguru dengan Pelatih NBA!
BACA JUGA:DBL Indonesia All Star 2025 Siap Berangkat ke Chicago, Chemistry Tim Mulai Terbentuk!
Mega Perdana (dua dari kanan) saat mendampingi Desandrew Pudyo Tinoto Adiwidjaja memberikan intruksi kepada para pemain DBL Indonesia All-Star 2025 di Scrimmage Game-DBL Indonesia-
Gugup memang wajar, mengingat Mega baru dua tahun menjalani karier sebagai pelatih. Dan di tahun pertamanya, ia langsung diberikan tanggung jawab besar sebagai asisten pelatih tim putri di DBL Indonesia All-Star.
"Untungnya, aku masih bisa belajar. Sebagai asisten, aku dapat melihat situasi dan bagaimana cara kepala pelatih menangani anak-anak," beber Mega. “Excited, sih. Tapi juga deg-degan," lanjutnya.
Selama ini, Mega terbiasa menjadi eksekutor di lapangan, bukan pengatur strategi. Ia mengakui sempat kesulitan beradaptasi. "Kemarin aku nervous karena overthinking. Takut kalau di lapangan bagaimana, lalu baru sadar, lho... aku kan pelatih sekarang!” katanya sambil tertawa.
Walaupun baru, kehadiran Mega bukan sekadar pelengkap. Pengalamannya sebagai pemain profesional memberi nilai tambah bagi tim.
Dia dapat memahami tekanan yang dirasakan pemain, membaca ritme pertandingan, dan memberikan masukan dari sudut pandang yang relevan bagi para student athlete.
Tantangan pertama Mega muncul di awal training camp, saat skuad DBL All-Star putri harus menghadapi scrimmage melawan Universitas Surabaya (Ubaya) hanya dengan tiga jam latihan sebelumnya. Namun, Mega terkejut melihat potensi tim.
"Persiapan memang masih kurang, tapi lawan Ubaya sudah menunjukkan performa yang baik. Chemistry-nya sudah terlihat meski waktunya mepet. Tinggal meningkatkan konsistensi," jelasnya.