Melihat Abadinya Masa Silam dalam Kota Modern Tiongkok

Sabtu 02-08-2025,11:49 WIB
Reporter : Joylin Septiani
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Bedah Buku 75 Tahun Indonesia–Tiongkok, KOPRI: Perempuan Harus Paham Geopolitik

BACA JUGA:Angkat Pengaruh Konfusianisme dalam Kebijakan Luar Negeri Tiongkok, Probo Raih Gelar Doktor di Usia 30 Tahun

Bagi Xi, pelestarian bukan proyek sepele, melainkan komitmen. Ia ingin agar kota seperti Shaoxing tetap menjadi tempat di mana masa lalu tidak dikurung dalam museum. Tapi bisa hidup berdampingan dengan masa kini.

Xi pun menitipkan prinsip: warisan bukan untuk dikenang semata, tapi untuk dijaga bersama.

Prinsip itu kemudian menjadi acuan di berbagai penjuru Zhejiang. Kota-kota lain mulai menata ulang kawasan bersejarah mereka. Caranya lebih berhati-hati. Lebih berpihak pada keseimbangan antara masa lalu dan masa kini.

Usaha Xi tak sia-sia. Tak cuma diakui oleh UNESCO, menjelang penghujung 2024, Zhejiang menorehkan capaian sebagai provinsi dengan 20 kota budaya dan lebih dari 11 ribu bangunan bersejarah.

Mungkin memang sudah jadi panggilannya, Xi sendiri punya riwayat panjang melestarikan kota-kota di Tiongkok. Salah satunya adalah kota Fuzhou, ibu kota Fujian.


MENIKMATI HIDANGAN, dua wisatawan lokal ini makan di tepi kanal yang hingga kini masih menjadi jalur transportasi di kawasan bersejarah Shaoxing, Provinsi Zhejiang, Tiongkok.-XINHUA-

Saat itu, Xi Jinping baru saja menjabat sebagai sekretaris Partai di Fuzhou. Tetapi ketika kabar tentang rencana pembongkaran salah satu situs bersejarah sampai kepadanya, ia tak menunggu laporan resmi atau prosedur panjang. Ia melangkah langsung ke lokasi.

Di lingkungan tua itu, Xi tidak banyak bicara. Situasi langsung berubah. Instruksi penghentian pembongkaran pun keluar. Kawasan itu, beserta pemukiman yang mengelilinginya, dipulihkan dan diberi perlindungan penuh.

Xi memperjuangkan kota Fuzhou selama 17 tahun lamanya, ungkap seorang peneliti madya di Akademi Ilmu Sosial Fujian bernama Liu Guiru.

Menurutnya, kerja keras Xi merupakan sebuah ziarah panjang yang menorehkan kontribusi bersejarah dalam pelestarian warisan budaya.

Kini, lebih dari dua dekade kemudian, China Daily edisi 1 Agustus 2025 mengutip kembali pernyataan Xi Jinping. Pelestarian masih relevan. Di tengah lanskap urban yang kian seragam dan pembangunan yang terus bergulir tanpa jeda, suara tentang revitalisasi daerah bersejarah jadi kebutuhan nyata.

BACA JUGA:Megadam Tiongkok Bakal Jadi PLTA Terbesar Sejagat

BACA JUGA:Tradisi dan Inovasi Hanfu di Caoxian, Tiongkok

Dan, seolah mengamini kebutuhan itu, perhatian dunia kembali tertuju pada kota-kota tua Tiongkok.

Kategori :