PT Pura-Pura Kerja, Perusahaan untuk Penganggur: Tak Dapat Gaji, Justru Harus Membayar

Kamis 14-08-2025,13:06 WIB
Reporter : Joylin Septiani
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Melihat Abadinya Masa Silam dalam Kota Modern Tiongkok

BACA JUGA:Busana Qipao Gaya Shanghai Kembali Bersinar Berkat Desainer Muda Tiongkok

Kisah itu dialami oleh Shui Zhou. Setelah bisnis kulinernya gulung tikar pada 2024, Shui Zhou, yang baru menginjak usia 30, mendapati dirinya terjebak sebagai pengangguran. Tak lagi punya tempat untuk pergi setiap pagi, ia terjebak dalam kekosongan finansial sekaligus eksistensial.

Hingga suatu hari, saat menggulir laman media sosial Xiaohongshu, ia menemukan PT Pura-Pura Kerja itu. Ditawari tempat yang bisa meningkatkan produktivitasnya sebagai seorang pengangguran, jelas Shui Zhou tak akan menolak.

Dan sejak April 2025, Zhou mulai datang ke sana setiap hari. Meskipun tak digaji, tak masalah. Baginya, itu bukan soal uang. Tapi soal menjaga martabat. Soal menolak menjadi “pengangguran” sepenuhnya.

Meski tak ada aturan soal jam kerja, Zhou punya kebiasaan tiba di kantor antara pukul 8 hingga 9 pagi. Baru pulang menjelang tengah malam. Ia selalu menunggu hingga sang manajer meninggalkan ruangan.


TEROBOSAN UNIK dari Feiyu, pemilik PT Pura-Pura Kerja di Dongguan, yang memikat para pencari kerja.-BBC-

Waktu yang ia habiskan di sana memang panjang. Tapi mengakui bahwa kesehariannya kini memberi semacam semangat baru. Aktivitas membangun tim, meski tanpa proyek nyata, membuatnya merasa lebih utuh dibandingkan masa-masa saat ia hanya berdiam diri di rumah.

“Aku merasa sangat bahagia. Ini seperti kita bekerja sama sebagai sebuah tim,” ungkapnya kepada BBC.

Bukan hanya mereka yang bisnisnya kandas, sekitar 40 persen dari penghuni PT Pura-pura Kerja justru berasal dari kalangan fresh graduate. Salah satunya adalah Xiaowen Tang.

Baru lulus dari perguruan tinggi, ia menghadapi tekanan dari kampus. Dalam waktu 1 tahun setelah kelulusan, ia harus menunjukkan bukti kerja atau minimal magang agar bisa menerima ijazah.

BACA JUGA:Tiongkok Ajak Dunia Waspada AI

BACA JUGA:Bedah Buku 75 Tahun Indonesia–Tiongkok, KOPRI: Perempuan Harus Paham Geopolitik

Tak kunjung mendapat pekerjaan, Tang akhirnya memilih untuk menyewa ruang kerja di perusahaan ini untuk menciptakan kesan bahwa ia sedang menjalani magang. Ia mengirimkan foto ruang kerjanya ke pihak kampus sebagai bukti.

“Jika kamu akan berpura-pura, berpura-puralah sampai akhir,” katanya.

Di balik layar, ia memanfaatkan kantor untuk menulis novel daring, aktivitas yang memberinya sedikit pemasukan sekaligus ruang untuk mengekspresikan diri.

Kategori :