Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (11): Pelabuhan Supersibuk yang Sepi Manusia

Selasa 02-09-2025,14:48 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Dekan Fakultas Humaniora dan Hukum Tianjin University Wu Zhenjun: He Er Bu Tong

BACA JUGA:Simulator Tianjin Rebut Pasar Tiongkok

Dengan kecanggihan itu, ART bisa bergerak setara seperti pengemudi terampil. Penempatan posisinya sangat akurat. Paling banter, meleset 3 sentimeter!

Dalam paparan di tower terminal, dijelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Tianjin Port mengejar otomatisasi penuh di seluruh lini. Hasilnya terlihat nyata: tingkat otomatisasi peralatan kontainer besar melampaui 88 persen. Plus, efisiensi operasi rata-rata meningkat 15 persen.

Artinya, efisiensi kerjanya sudah mendekati terminal dengan tenaga manusia. Tapi, biayanya jauh lebih rendah.

Inovasi terbesar Tianjin Port tidak hanya pada otomatisasi. Tapi juga energi. Terminal Kontainer Kedua, yang diresmikan 17 Oktober 2021, tercatat sebagai terminal pintar nol karbon pertama di dunia. Seluruh operasinya disuplai dari energi terbarukan. Yakni, gabungan panel surya dan turbin angin.

Dua turbin raksasa berdiri menonjol di tepi pelabuhan. Berputar halus ditiup angin Laut Bohai. Ditambah instalasi fotovoltaik, total listrik hijau yang dihasilkan mencapai 90 juta kilowatt-jam per tahun. Jumlah itu melebihi kebutuhan energi terminal. Artinya, Tianjin Port adalah satu-satunya pelabuhan besar di dunia dengan pasokan 100 persen energi hijau.


PARA JURNALIS peserta proggram CIPCC menyimak penjelasan video tentang sejarah dan fakta-fakta pelabuhan Tianjin.-Doan Widhiandono-

Menurut sejumlah media, penghematan karbon itu setara menanam 210 ribu pohon. Pengurangan emisi karbonnya sekitar 75 ribu ton per tahun. Bagi sebuah pelabuhan yang setiap hari dilintasi kapal-kapal raksasa, angka itu lebih dari sekadar simbol. Tiongkok membuktikan bahwa geliat logistik global pun bisa selaras dengan upaya menjaga iklim.

Kemajuan teknologi itu meneguhkan posisi strategis Tianjin Port. Sebagai pelabuhan buatan terdalam di dunia, ia menjadi simpul utama Belt and Road Initiative. Dari pelabuhan itu, 144 rute pelayaran kontainer menghubungkan lebih dari 500 pelabuhan di 180 negara dan kawasan.

Sejak pertengahan 2024, sebanyak 24 rute kontainer reguler diluncurkan khusus. Menghubungkan Tianjin dengan negara-negara anggota Shanghai Cooperation Organization (SCO). Di perbatasan Mongolia, bahkan puluhan unit ART kini sudah ditempatkan untuk mendukung kelancaran perdagangan lintas-negara.

Bila pelabuhan tradisional identik dengan deru mesin dan pekikan pekerja, Tianjin Port menampilkan wajah lain: robot yang bekerja nyaris tanpa suara, dikendalikan pusat komando, dengan sumber energi yang bersih.

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (1): Bening Tilu Kejar Cita-Cita Mulia

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

Kecerdasan itu tak hanya kerja. Ia menciptakan standar baru dalam keamanan dan keselamatan. Dengan sistem tanpa awak, risiko kecelakaan menurun drastis. Dengan pengendalian berbasis data, keputusan bisa diambil lebih cepat. Skala operasi ditingkatkan tanpa menambah beban manusia.

Tianjin Port kini berdiri bukan hanya sebagai pelabuhan tersibuk di Laut Bohai. Tempat itu seperti laboratorium logistik masa depan. Dunia melihat harapan bahwa perdagangan global bisa lebih cepat, lebih murah, dan sekaligus lebih hijau.

Kategori :