Sebab itu, Denji mengalami jalan terjal saat berubah menjadi lebih manusiawi. Ia mengalaminya dengan cara paling buruk. Di saat ia mulai berteman dengan Power, sahabatnya itu malah dikhianati. Lalu dihabisi agar Denji senantiasa dikontrol oleh Makima.
Alasannya sederhana: kekuatan Pochita yang menjadi jantungnya. Dengan kekuatan yang begitu besar, Denji yang dikontrol oleh Makima untuk bertarung selalu menyisakan pertanyaan.
BACA JUGA:4 Anime Aksi Recommended, Dari Dandanan hingga Chainsaw Man
BACA JUGA:5 Fakta Menarik Film Look Back, Mahakarya dari Kreator Chainsaw Man
Sejak bertemu Makima, hidup Denji menjadi lebih baik dan manusiawi. --wallpapersafari
"Apakah aku hanya mesin pembunuh, atau manusia yang juga berhak punya hasrat sederhana?" Begitulah kira-kira krisis eksistensialis yang dirasakan sang iblis gergaji mesin.
Selanjutnya pemaknaan Denji dalam hidup membuat kisah anime Chainsawman lebih menarik. Berbeda dengan protagonis shonen kebanyakan yang mengejar keadilan atau mimpi besar.
Denji menginginkan hal-hal remeh yang terasa sangat manusiawi: makan, tidur, dan pelukan. Dari situ, pembaca diajak merenungi—apakah jati diri ditentukan oleh ambisi besar atau justru oleh kebutuhan-kebutuhan kecil yang terlalu sering diabaikan?
Akhirnya, Denji menjadi simbol paradoksik: sekaligus, dia adalah senjata dan anak yang merindukan kasih. Dalam prosesnya, ia belajar batas antara manusia dan monster, serta memahami bahwa menjadi manusia bukan sekadar bentuk tubuh.
BACA JUGA:4 Anime Aksi Recommended, Dari Dandanan hingga Chainsaw Man
BACA JUGA:5 Fakta Menarik Film Look Back, Mahakarya dari Kreator Chainsaw Man
Tetapi juga kemampuan untuk memilih, merasakan, dan menanggung konsekuensi pilihan tersebut. Dari reruntuhan kehidupannya, Denji membangun jawaban sederhana tapi penting.
Jati diri adalah perjalanan yang sering dimulai dari hal paling kecil—sebuah pelukan, sebuah janji, atau sekadar siapa yang duduk di sampingmu ketika dunia runtuh. (*)