Hari Santri 2025 Jadi Momentum Refleksi Satu Dekade Perjuangan Santri

Minggu 19-10-2025,19:16 WIB
Reporter : Ashlaha Nafsiya*
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, menyerukan agar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 dijadikan momentum refleksi satu dekade perjuangan kaum santri sekaligus penguatan semangat persatuan nasional di tengah berbagai ujian sosial yang menimpa bangsa.

Pernyataan itu disampaikan Gus Yahya dalam Kick Off Hari Santri Nasional 2025 yang digelar PWNU Jawa Timur di Auditorium Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), Minggu, 19 Oktober 2025. Tahun ini, HSN mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Mulia.”

Gus Yahya menegaskan, peringatan Hari Santri ke-10 bukan sekadar seremonial, melainkan penanda sejarah atas pengakuan negara terhadap peran kaum santri dalam melahirkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Tagline Hari Santri bukan sekadar slogan, tetapi panggilan untuk konsolidasi persatuan bangsa,” ujarnya.

Ia mengingatkan, semangat kemerdekaan Indonesia berakar pada nilai-nilai perjuangan santri sejak Resolusi Jihad 1945 yang digelorakan Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari.

“Proklamasi Indonesia memang dibacakan di Jakarta, tapi ujian kemerdekaannya justru terjadi di Surabaya. Dan itu dilakukan oleh santri,” tegasnya.

BACA JUGA:Ithlaq Hari Santri Nasional 2025, Gubernur Khofifah Ajak Santri dan Masyarakat Kobarkan Spirit Jihad Kebangsaan

Menurut Gus Yahya, cita-cita kemerdekaan sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 bersifat universal, yaitu menghapus segala bentuk penjajahan di muka bumi. Oleh karena itu, santri memiliki tanggung jawab moral untuk terus menjaga kemerdekaan dan memperkuat nilai-nilai kebangsaan.

“Kemerdekaan bukan hanya peristiwa politik, melainkan tonggak peradaban manusia,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga menyinggung beragam peristiwa yang menimpa dunia pesantren, termasuk tayangan televisi yang dinilai melecehkan kiai dan lembaga pendidikan Islam. Ia menyebut kejadian itu sebagai “kado pahit” yang justru harus dijadikan momentum konsolidasi bangsa.

“Kita marah bukan karena Lirboyo atau NU saja, tapi karena penistaan terhadap kelompok identitas yang menjadi bagian dari keindonesiaan,” tegasnya.

Ia menilai tindakan yang merendahkan kelompok identitas berpotensi memicu perpecahan dan harus dilawan dengan semangat persatuan nasional.

Sebelum menyerukan konsolidasi nasional, Gus Yahya terlebih dahulu mengingatkan agar warga NU bersatu, sebagaimana pesan Hadratusy Syekh Hasyim Asy’ari dalam Muqaddimah Qanun Asasi.

BACA JUGA:Menag Buka Hari Santri 2025 di Tebuireng, Umumkan Rencana Eselon I Khusus Pesantren

“Masuklah ke dalam jam’iyyah ini dalam rukun dan bersatu, bukan hanya jasad tapi juga ruh. Adanya masalah tidak boleh menjadi alasan untuk berpisah,” pesannya.

Kategori :