HARIAN DISWAY - Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Effendi menangis saat menyidangkan 5 koleganya dalam perkara dugaan suap vonis lepas 3 korporasi ekspor Crude Palm Oil (CPO).
“Selama saya jadi hakim, inilah persidangan yang berat buat saya,” kata Effendi di ruang sidang Hatta Ali, Rabu, 22 Oktober 2025.
BACA JUGA:Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Rp13,25 Triliun Kasus Korupsi CPO di Kejagung
Ia harus mengadili 5 terdakwa yang merupakan koleganya sesama hakim dan panitera, yakni Muhammad Arif Nuryanta, Djuyamto, Agam Syarief Baharudin, Ali Muhtarom, serta Wahyu Gunawan.
Effendi mengaku mengenal secara pribadi 2 di antaranya, Arif dan Agam, sejak awal merintis karier sebagai calon hakim.
BACA JUGA:Kasus CPO, Kejagung Serahkan Uang Sitaan Rp13 Triliun ke Negara
“Tahun 1996 SK kita sebagai cakim, 1999 kita masuk diklat di Cinere, Gandul... Kita sama-sama dua minggu di marinir, pendidikan dasar kemiliteran, jalan kaki dari Sawangan ke Cilandak, berenang. Kalau pandai berenang tetap harus dibenamkan oleh marinir di Ancol,” ujarnya.
Suasana sidang menjadi emosional ketika Effendi menyampaikan bahwa ia tidak pernah membayangkan harus bertemu dengan koleganya dalam posisi sebagai majelis hakim dan terdakwa.
BACA JUGA:MA Batalkan Vonis Lepas Kasus Korupsi CPO, Permata Hijau hingga Wilmar Kembali ke Meja Hijau
Ia mengatakan bahwa suasana persidangan tersebut bukanlah situasi yang diharapkan.
Sebagai manusia biasa, ia mengaku emosional karena harus menyidangkan rekan-rekannya sendiri.
BACA JUGA:Uang Rp 1,3 Triliun Disita dari Korporasi Sawit Terkait Kasus CPO
Ia juga menyadari bahwa sidang tersebut menjadi sorotan rekan-rekan seangkatannya dan tak menutup kemungkinan dirinya akan mendapat hujatan.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa tugas negara tetap harus dijalankan.
BACA JUGA:Kejagung Periksa Pejabat Kemendag Sebagai Saksi Kasus Suap Ekspor CPO