Salah satu dampak ekonomi paling nyata terlihat di Stasiun Malang. Pada Oktober 2025, stasiun itu melayani 104.085 penumpang berangkat dan 105.151 penumpang datang, naik 10 persen dari tahun lalu.
Angka tersebut didorong oleh tingginya minat wisatawan yang menggunakan Commuter Line sebagai akses ke destinasi populer seperti Batu Flower Garden, Alun-Alun Malang, dan Malang Night Paradise.
"Commuter Line menjadi pintu gerbang wisata, sekaligus penggerak ekonomi mikro di sekitar stasiun," tambah Karina.
Untuk mengakomodasi peningkatan volume penumpang, KAI Commuter kini mengoperasikan 50 perjalanan harian di Wilayah 8 Surabaya. Berikut daftarnya, 13 perjalanan Jenggala, 9 perjalanan Arjonegoro, 8 perjalanan Dhoho, Penataran, dan Supas masing-masing, dan 4 perjalanan Blorasura.
BACA JUGA:Rel Kereta Tergerus Banjir di Grobogan, PT KAI Daerah Operasi 4 Semarang Lakukan Rekayasa Ini
BACA JUGA:PT KAI Kosongkan Aset Depan Stasiun Sidoarjo
Layanan itu melayani berbagai segmen masyarakat. Baik pelajar, mahasiswa, karyawan, pelaku UMKM, hingga wisatawan, terutama di akhir pekan dan musim libur.
Karina menegaskan bahwa peningkatan itu tak lepas dari dukungan Pemerintah Daerah dan berbagai pemangku kepentingan.
KAI Commuter berkomitmen untuk terus memaksimalkan pelayanan, termasuk peningkatan frekuensi, kenyamanan stasiun, dan integrasi dengan moda transportasi lain.
"Kami berterima kasih atas kepercayaan masyarakat Surabaya. Ini adalah bentuk apresiasi terhadap moda transportasi yang tepat waktu, terjangkau, dan ramah lingkungan," pungkasnya.
Dengan data yang terus menanjak, Commuter Line Wilayah 8 Surabaya menjadi simbol transformasi mobilitas berkelanjutan yang menghubungkan kota, desa, ekonomi, dan harapan masyarakat Jawa Timur. (*)