Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (86): Menembus Kabut ke Pohon Teh Tua

Senin 17-11-2025,12:39 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

BACA JUGA:Tiongkok Peringatkan Warganya Hindari Jepang Setelah Ketegangan Diplomatik Soal Taiwan

Pada salah satu sisi batangnya ada tulisan: 古树茶. Gǔ shù chá. Pohon teh tua.

Pohon itu tampak seperti penjaga waktu: kulit batang gelap, diselimuti lumut hijau basah. Pada bagian-bagian tertentu tumbuh benalu yang berlekuk seperti ukiran alam.

Aroma kayu lembap bercampur tanah hutan memenuhi udara. Kami diminta untuk memeluk batang itu. “Biar hati tenang,” kata Li.

Tentu, saya mendekat. Batangnya dingin. Sangat dingin. Kulit kayu terasa basah, menempel pada baju saat saya memeluknya. Saya juga tempelkan kuping di kulit pohon itu. Tentu tak ada suara alam yang bisa saya dengar.


MENYENTUH POHON TEH di desa Jiwozhai, salah satu aktivitas yang -Doan Widhiandono-

Pohon itu dikelilingi batang-batang kayu dan bambu. Entah untuk pelindung atau sebagai sarana memanjat. Yang terang, Filomeno Martins, kawan saya dari Timor Leste, berhasil memanjat pohon itu. Bahkan, Filomeno sudah sangat siap berpetualang hari itu. Ia tidak memakai sepatu. Sepanjang hari! Mulai pagi sampai malam.

Dari bukit mini itu, pemandangan tak begitu kentara. Masih tertutup kabut. Sehingga, tidak tampak hamparan pohon teh yang ada di sekitar pegunungan. Yang terang, teh itulah yang menghidupkan desa dan kecamatan tersebut.

Kecamatan Ma’andi adalah wilayah luas dengan ragam suku: Miao, Yao, Hani, Yi, dan Han. Dari total hampir 19 ribu penduduk, lebih dari 96 persen adalah etnis minoritas. Hutan lebat—dengan tutupan mencapai 73 persen—menjadikan kawasan ini salah satu kantong ekologi paling sehat di timur Yunnan.

Warga lokal menyebut udara Ma’andi sebagai “napas panjang.” Sebab, konsentrasi ion oksigen alaminya termasuk tinggi. Memberikan kesejukan. Tidak heran banyak tanaman tua bertahan hidup ratusan tahun.

BACA JUGA:Sentuhan Restorasi di Situs Sangxidui, Tiongkok, Bangkitkan Kejayaan Masa Lalu Sichuan

BACA JUGA:Yimakan, Seni Lisan Bangkit Kembali dari Timur Laut Tiongkok

Di Jiwozhai, kondisi itu melahirkan kekayaan yang tidak kalah penting: teh. Namun sepanjang puluhan tahun sebelumnya, kekayaan itu tak berarti banyak. Masyarakat hanya mampu menjual daun segar ke pedagang yang datang dari kota. Harganya murah, kadang tidak menutup ongkos tenaga.

Menjelang siang, kabut sedikit menipis. Tetapi tidak pernah benar-benar pergi. Di kejauhan, garis-garis bukit muncul samar. Udara tetap sejuk, tanah tetap lembap. Cocok untuk menyesap teh hangat… (*/bersambung)

Kategori :