Tracing Melemah, Surabaya PPKM Level 2
(Scan Barcode tetap dilakukan di sejumlah tempat seperti perpustakaan kota di Balai Pemuda.-Faizal Pamungkas-
Indikator itu adalah tingkat tracing per 100 ribu penduduk. Angka Surabaya nol. Dianggap tidak ada tracing sama sekali. Itu terjadi karena kesalahan sistem. Data yang diunggah pemkot ke aplikasi kementerian tidak terbaca.
”Jadi, sebenarnya tidak naik level. Ini karena sistemnya saja yang bermasalah,” lanjut Sri. Dia menegaskan, jumlah penambahan kasus Covid-19 sangat rendah. Rata-rata di bawah 10 orang per hari. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat hanya 31 jiwa.
Dinkes mengupayakan agar data tracing yang sudah diunggah dapat masuk. Dengan begitu, sistem yang dimiliki Kementerian Kesehatan bakal kembali menempatkan Surabaya di PPKM level 1.
Meski naik ke PPKM level 2, kebijakan pembatasan tetap mengacu pada PPKM level 1. Pembelajaran tatap muka (PTM) tetap digelar 100 persen. Begitu pula pusat perbelanjaan, wisata, dan tempat ibadah.
Yang menjadi fokus dinkes saat ini adalah kasus hepatitis akut. Pihaknya sudah membuat surat edaran ke seluruh fasilitas kesehatan (faskes). Juknis untuk lembaga pendidikan dan pesantren juga bakal disiapkan.
Menurut data Kementerian Agama, ada 25 ponpes di Surabaya. Sebanyak 1.689 santri tinggal di sana. Pengelola ponpes diharapkan mengubah kebiasaan santrinya. Terutama saat makan bersama. ”Terkadang mereka pakai satu nampan bersama. Dengan ancaman virus hepatitis baru ini, kegiatan tersebut seharusnya dihindari,” ujar Khusnul. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: