RS Darurat GBT Juga Sudah Kosong

RS Darurat GBT Juga Sudah Kosong

SUDAH tidak ada lagi rumah sakit (RS) darurat yang dikelola Pemkot Surabaya. Setelah menutup RS Lapangan Tembak Tambak Wedi, pemkot juga menutup fasilitas yang sama di Gedung Indoor Gelora Bung Tomo (GBT). RS darurat di Surabaya tinggal RS Lapangan Indrapura yang dikelola Pemprov Jatim dan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) II

”Pasien terakhir pulang hari Jumat (13/8),” ujar Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Surabaya Iman Krestian, Minggu (15/8/2021). Sementara RS lapangan tembak sudah tutup sejak 9 Agustus.

Penutupan di GBT tidak bisa dibarengkan dengan RS Lapangan Tembak karena sisa pasien di GBT masih banyak pada 9 Agustus lalu. Masih 60 orang. Tidak bisa dipindah ke RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) yang saat itu hanya memiliki 20 bed kosong.

Iman mengatakan, dua fasilitas itu kini sudah resmi ditutup. Semua nakes dikembalikan ke RSUD asal dan puskesmas. Sementara fasilitas tabung oksigen dan bed masih dipertahankan untuk mengantisipasi serangan Covid-19 susulan.

Karena RS masih dipertahankan, peresmian lapangan tembak yang seharusnya digelar tahun ini bakal diundur. Kelanjutan proyek setengah jadi itu juga ditunda.

Sementara, fasilitas olahraga di GBT boleh dipinjam lagi. Fasilitas yang tidak bisa dipakai untuk umum hanya lapangan indoor. Iman memastikan, stadion dan tiga lapangan latihan aman dipakai untuk latihan atau pertandingan.

Begitu juga dengan sirkuit balap yang ada di selatan stadion. ”Kan jaraknya berjauhan,” kata arsitek lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Meskipun hanya satu bulan beroperasi, dua fasilitas itu sangat membantu penanganan pemkot. Terutama saat Bed Occupancy Rate (BOR) di Surabaya mencapai 100 persen bulan lalu. RS sampai menolak pasien. IGD overload dan terpaksa ditutup.

Kasus akhirnya mulai melandai sepekan belakangan. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang digelar sejak awal Juli telah menurunkan tingkat penularan. Hingga kemarin, BOR Surabaya sudah mencapai 50 persen.

Wakil Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto bersyukur situasi mulai terkontrol. Itu bisa dilihat dari angka kematian pasien Covid-19. ”Petugas pemakaman bisa lebih santai sekarang,” kata mantan Kasatpol PP Surabaya itu.

 Rekor pemakaman Surabaya mencapai 190 jenazah. Itu terjadi pertengahan Juli lalu. Warga Keputih sampai protes karena sirine ambulans mengganggu istirahat mereka. Petugas seliweran 24 jam.

Pada 9-14 Agustus angka pemakaman turun drastis. Selalu di bawah 30 jenazah. Relawan pemulasaran jenazah dan sopir ambulans pun bisa dikurangi.

Sementara itu, jumlah pasien di Asrama Haji juga menurun. Tersisa 200 pasien dari 700 bed yang disediakan. ”Surabaya juga sudah masuk zona oranye lagi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Surabaya tersebut.

Meski sudah masuk zona oranye, Surabaya masih belum lepas dari PPKM level 4. Jam malam dan penyekatan jalan masih bergulir. ”Kebijakan lebih lanjutnya kita tunggu 17 Agustus nanti. Semoga turun level,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: