Serial Dimaz Muharri (12): Digelari "Raja Maling" di NBL Indonesia

Serial Dimaz Muharri (12): Digelari

Patah tulang hidung yang didapat saat tampil di IBL 2008 memang sempat membuat Dimaz Muharri trauma. Tapi tidak lama. Saat kompetisi basket berubah menjadi NBL Indonesia, Dimaz makin terkenal sebagai "raja maling".

---

SEJAK 2010, liga basket profesional Indonesia berubah nama menjadi NBL Indonesia. Menggantikan IBL. Dikelola secara profesional oleh PT DBL Indonesia. Azrul Ananda menjadi commissioner NBL saat itu.

Bagi Dimaz Muharri, perbedaan mencolok dari IBL dan NBL adalah soal awarding bagi pemain secara individu. Di NBL, ada banyak gelar individu. Mulai top steal, top assist, top scorer, top rebound, defensive player of the year, sportsmanship award, rookie of the year, coach of the year, sixth man of the year, top block, first team, dan yang pasti most valuable player (MVP). Dan di NBL, hadiah bagi MVP adalah sebuah mobil.

Selain itu, kata Dimaz, di awal NBL, para pemain sudah diberi pemahaman tentang adab berlaga di NBL. Terutama cara berpakaian. "Kami sempat ikut semacam seminar yang mendatangkan Helmy Yahya," kata Dimaz.

Dimaz mengikuti lima musim NBL. Mulai 2010-2011 hingga 2014-2014. "Untuk pencapaian individu, menurut saya puncaknya adalah musim 2013-2014," " kata pemain kelahiran Binjai, 17 September 1985 itu.

Di musim 2013-2014, Dimaz mendapat gelar top steal, top assist, first team , dan nominasi MVP. Ia nyaris dapat mobil. Penentuan MVP dilakukan saat regular series. Dimaz merasa saat itu di puncak permainan terbaik sebagai pemain basket. Begitu masuk championship series (istilah playoff di NBL), Dimaz hanya bertanding sekali. Setelah pertandingan pertama championship series ia cedera.

Saat championship series, CLS Knights bertemu dengan Garuda. Pertandingan seru karena kedua tim adalah peringkat 3 dan 4. Saat melakukan steal, Dimaz mengalami patah tulang di telapak tangan kanan. Di bawah jari.

"Saya titip pertanyaan untuk Azrul. Menyesal nggak waktu itu tidak memilih saya menjadi MVP," kata Dimaz lantas tertawa. 

TIM CLS Knights ketika tampil di seri perdana NBL Indonesia di DBL Arena, Surabaya. 

Di NBL, Dimaz tiga kali mendapat gelar top steal. Total steal yang dimilikinya adalah 598. Saingannya adalah Kelly Purwanto dari Pelita Jaya. Semua data itu tercatat rapi di NBL. Menurut Dimaz, tidak ada latihan khusus untuk steal. Sebab, steal mengandalkan insting. Berbeda dengan intercept yang bisa dilatih. "Saya justru tidak menganjurkan pemain muda untuk steal. Berisiko cedera," kata pelatih DBL Academy itu.

Kemampuan Dimaz mencuri bola sudah terkenal seantero perbasketan. Para pelatih lawan selalu mengatakan kepada para pemain agar tidak terlalu lama men-dribble di dekat Dimaz. Harus segera diumpan atau langsung shooting

Selama NBL, Dimaz juga merasakan masuk tim All Star. Setiap tahun, NBL mendatangkan mantan bintang NBA ke Indonesia. Pada 2011, NBL mendatangkan Cedric Ceballos, mantan top scorer Los Angeles Lakers (All-Star 1995); Dale Ellis, mantan bintang Seattle SuperSonics (All-Star 1989); dan Clifford Robinson, mantan andalan Portland Trail Blazers (All-Star 1994).

Selain tiga bintang itu, juga ada Voshon Lenard, mantan juara NBA Three-Point Shootout 2004 saat membela Denver Nuggets. Lalu ada dua mantan pemain Los Angeles Lakers, Ike Nwankwo dan Duane Cooper.

Sedangkan tim NBL saat itu selain Dimaz Muharri antara lain Denny Sumargo (Garuda Flexi), Oki Wira Sanjaya (Aspac), Dian Heryadi (Muba Hangtuah Indonesia Muda) dan Valentino Wuwungan (Satya Wacana Angsapura).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: