Hybrid, Guru Dua Kali Mengajar

Hybrid, Guru Dua Kali Mengajar

Aplikasi itu, kata Catur,  menyerap banyak kuota internet. Jadi terpaksa harus merogoh kocek lebih banyak juga. Padahal, jatah bantuan kuota internet dari pemerintah masih belum jelas. Bahkan, sempat diputuskan untuk diberhentikan beberapa waktu lalu. ”Nah, itu juga. Ininya yang nggak sanggup. Kasihan anak-anak juga,” katanya sambil menepuk saku di celananya.

Hari pertama masuk sekolah itu sangat berkesan bagi beberapa murid. Terutama siswa kelas 10 SMA/SMK yang belum pernah bertemu langsung dengan teman dan gurunya

Lintang Nayo Zefaya, Warga CitraLand, diterima di SMAN 5 Surabaya. Dia penasaran bagaimana rasanya belajar langsung di salah satu sekolah favorit itu. ”Waktu daring pertama kali saya masih SMP. Sekarang deg-degan. Ingin tahu seperti apa sih teman-teman dan guru di sini,” ujar alumnus SMP Citra Berkat itu.

Kemarin Lintang diantar oleh ibunyi, Nada Putri. Menurut Nada, putrinyi sudah bangun sejak pukul 05.00.  Padahal selama pembelajaran daring, putrinyi tidak pernah bangun sepagi itu.

Sebenarnya Nada masih takut anaknyi ikut PTM. Namun karena anaknyi bersemangat sekolah, akhirnya dia mau menandatangani surat izin dari wali murid untuk PTM.

Waka Bidang Kesiswaan SMAN 5 Surabaya Mokhamad Imron mengatakan, tantangan terbesar PTM kali ini adalah tenaga guru. Mereka harus bekerja ekstra untuk mengajar daring dan luring. Sebab SMAN 5 menerapkan pembelajaran hybrid. ”Jadi guru-guru harus inovatif bagaimana cara agar siswa saat daring atau luring bisa sama-sama paham,” katanya. (Salman Muhiddin/Mohamad Nur Khotib/Andre Bakhtiar)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: