Siram Bunga Dini Hari, Loncat Pagar Beli Gorengan

Siram Bunga Dini Hari,  Loncat Pagar Beli Gorengan

PERSIDANGAN terdakwa Firdaus Fairus masih beragenda menghadirkan para saksi. Kali ini jaksa penuntut umum (JPU) Siska Christina menghadirkan dua saksi. Mereka adalah Misadi Purwiyono dan Adi Mulya. Keduanya bekerja sebagai satpam perumahan tempat terdakwa tinggal. Kedua saksi menjelaskan pernah melihat beberapa kekerasan yang dilakukan Fairus kepada korban.

Perumahan itu berada di Jalan Raya Manyar Tirtomoyo, Surabaya. Secara bersamaan, mereka memberikan keterangan di Ruang Candra, Pengadilan Negeri Surabaya. Sidang itu dipimpin Hakim Ketua Martin Ginting.

Kedua saksi itu pernah melihat terdakwa menyiksa asisten rumah tangga (ART)-nyi, yaitu Elok Anggraini. Mereka (kedua saksi) mengatakan mengenal terdakwa. Sebab, Fairus sudah 20 tahun tinggal di perumahan tersebut.

Misadi mengatakan pernah melihat Elok dan terdakwa berada di depan rumah. Saat itu terdakwa menjemur Elok. ART itu membungkuk di pinggir jalan depan rumah. Fairus berdiri tepat di samping ART tersebut.

Saat itu cuaca sedang panas. Waktu menunjuk pukul 11.00. ART itu bersama terdakwa berada di depan rumah Fairus. Saat itu Misadi istirahat seusai patroli rutin di kompleks perumahan tersebut. Kebetulan, pos satpam berada tepat di depan rumah terdakwa.

Karena merasa iba melihat kondisi Elok, Misadi akhirnya bertanya kepada terdakwa alasan dirinyi menjemur Elok. "Bu Fairus bilang biarin, biar dia rasain. Dijemur di luar pagar, pinggir jalan," katanya dalam persidangan kemarin (15/9).

Misadi sempat menyarankan Fairus untuk memulangkan pembantunyi itu kalau memang sudah tidak suka dengan kerjanyi. Namun, Fairus menolak. Dia beralasan kasihan anak Elok yang dianggapnyi pandai. Di rumah itu, Elok memang tinggal bersama anaknyi yang masih kecil.

Fairus sempat mengatakan alasannyi menjemur Elok. Menurut dia, pembantunyi itu telah mencuri. Namun, tidak jelas barang apa yang dicuri. ”Nyuri apa, wong bukti tidak ada. Barangnya dijual di tukang rombeng," katanya.

Setelah beristirahat sekitar 15 menit, Misadi kembali melanjutkan patroli dengan berkeliling kompleks. Saat ia pergi, Elok masih dijemur. Setelah itu, ia tidak tahu lagi nasib pembantu tersebut. Misadi tidak sekali itu menemukan kejanggalan perilaku Fairus terhadap pembantunyi.

Ia juga pernah melihat Elok menyiram bunga di pinggir jalan depan rumah pukul 03.00. ”Ketika itu saya baru pulang patroli. Di kompleks, cuma rumah Bu Fairus yang pembantunya siram bunga di pagi-pagi buta,” tuturnya.

Setelah menyiram tanaman, sekitar pukul 06.00, Elok melanjutkan pekerjaan dengan menyapu halaman depan rumah hingga di pinggir jalan. Adi Mulya, satpam lainnya, juga sering melihat kejadian tersebut.

Bahkan, ia pernah melihat Elok lompat pagar rumah untuk membeli gorengan di dekat rumah. ”Dia lompat pagar, jatuh, berdiri lagi. Dia (Elok) jalan sambil pincang,” kata Adi. Ia juga mengungkapkan bahwa ART itu jarang keluar rumah.

Namun, ia tidak mengetahui alasannya. ”Jarang banget saya lihat dia (Elok) keluar rumah. Kalaupun keluar, ya kejadian itu yang kami lihat,” bebernya.

Menanggapi kesaksian dua satpam itu, Fairus menyatakan, Misadi salah menyebut waktu Elok menyiram tanaman. Bukan pukul 03.00, tetapi pukul 03.30. Kebiasaan itu disebut keinginan pembantunyi sendiri dan bukan atas perintahnyi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: