Pangkostrad dengan Ketua MUI, Sama

Pangkostrad dengan Ketua MUI, Sama

Sebenarnya, ini kalimat biasa: ”Semua agama, benar di mata Tuhan.” Tapi, karena diucapkan Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman, lalu dimuat media massa, jadilah dikomentari: MUI, menteri agama, BPIP.

--------------

Hebatnya, komentar semua pihak itu sama dengan pernyataan Pangkostrad. Bersatu dalam Indonesia.

Pernyataan Letjen Dudung itu, saat mengunjungi Batalion Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat. Senin (13/9). Ia bersama Ketua Persit KCK Gabungan Kostrad Rahma Dudung Abdurachman.

Dudung meminta prajurit TNI-AD bijak dalam bermedia sosial. Di keterangan pers yang diterima media massa, Selasa (14/9), Dudung kepada para prajurit, mengatakan:

”Bijaklah dalam bermain media sosial, sesuai aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan.”

Itu langsung dikomentari Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah, MUI, Cholil Nafis. Komentarnya begini:

"Semua agama benar. Itu menurut Pancasila untuk hidup bersama di Indonesia. Tapi, dalam keyakinan masing-masing pemeluk agama tetap yang benar hanya agama saya. Nah, dalam bingkai NKRI, kita tak boleh menyalahkan agama lain, apalagi menodai. Toleransi itu memaklumi, bukan menyamakan.”

Menurutnya, setiap pemeluk agama akan menganggap agama yang dipeluknya paling benar. Tapi, harus ada toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Antara Letjen Dudung dengan Chilil Nafis, berpendapat sama. Meskipun tidak sama dan sebangun. Intinya: Sama. Dalam hidup berbangsa, harus ada toleransi antarumat beragama.

Beda lagi komentar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Ia sepakat dengan pernyataan Dudung. "Semua yang berlebihan kan tidak baik," kata Yaqut kepada wartawan Selasa.

Yaqut: "Fanatik itu seharusnya untuk diri sendiri, dan lemah lembut kepada orang lain. Bahkan, kepada yang berbeda keyakinan. Jangan dibalik, fanatik apalagi yang berlebihan, diberlakukan untuk orang lain, sementara untuk diri sendiri malah lunak."

Lanjut: "Saya sepakat dengan pernyataan Letjen Dudung bahwa semua agama benar. Benar menurut pemeluk masing-masing. Ini bukan relativisme agama, melainkan toleransi."

Lanjut: "Ini yang sering disalahpahami sebagai relativisme. Toleransi adalah tidak menolak apa yang tidak sama dengan yang dia yakini. Relativisme itu tidak bisa menoleransi apakah pilihan seseorang itu benar atau salah. Toleransi dan relativisme berbeda."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: