First Impression Squid Game : Bertaruh Nyawa Demi Rp 500 Miliar

First Impression Squid Game : Bertaruh Nyawa Demi Rp 500 Miliar

JUNG HO-YEON  

 

Adrenalin Terpacu Kencang

Menonton Squid Game sensasinya seperti menyaksikan film Quentin Tarantino. Terutama Kill Bill. Tegang melulu! Plus cipratan darah di mana-mana. Kesadisan ditampilkan secara eksplisit. Netflix memberi rating 18+ untuk kekerasan, ketelanjangan (meskipun sedikit), dan bahasa kasar. Karena memang sangat sadis. Nyawa manusia seperti tidak ada artinya di sini. 

Penulis sekaligus sutradara Hwang Dong-yuk bekerja dengan sangat baik dalam eksekusi serial ini. Skenarionya oke, sehingga plotnya juga rapi. Setidaknya dalam dua episode pertama, sama sekali tidak ada plot hole. Kita juga mendapatkan pengenalan karakter yang cukup komplet. Terutama tentang Seong Gi-hun dan Cho Sang-woo.

Kita tahu masalah apa yang membelit mereka. Hingga rela mempertaruhkan nyawa demi uang. Premisnya adalah, di dunia luar, di mana mereka tidak diancam petugas berhazmat yang menyandang senapan otomatis, nasib mereka tidak lebih baik. Seperti kata Sang-woo, di Squid Game, mereka lebih punya kesempatan.

Hwang Dong-yuk membangun ketegangan lewat cara-cara aneh. Yakni lewat visual yang memanjakan mata. Alih-alih serbahitam, para penjaga diberi seragam berwarna fuchsia yang kontras dengan jaket tosca para peserta. Ruangan-ruangannya serbacerah. Bahkan ada game yang dimainkan di ruang terbuka. Di bawah langit biru dan awan putih nan indah.

 

Alih-alih musik yang mengancam, back sound setiap game adalah lagu anak-anak yang ceria. Pada masa rehat, penyelenggara memutarkan musik klasik bernada riang. Menghadirkan nuansa nostalgia masa kecil yang menyenangkan. Hanya saja, efek yang ditimbulkan justru sebaliknya. Setting cantik itu justru memacu adrenalin. Kita deg-degan terus mengantisipasi apa yang mungkin terjadi di balik situasi yang tenang.

Angkat jempol buat tim produksi. Karena mereka tidak menggunakan efek CGI untuk setting ruangan. Artinya, hampir seluruh adegan diambil di lokasi sungguhan. Mereka benar-benar membangun set sesuai desain produksi. Termasuk labirin tangga berwarna pastel yang menimbulkan perasaan klaustrofobia itu.

Secara konsep, Squid Game sangat fresh dan kreatif. Narasinya padat. Sehingga ceritanya bisa dikembangkan jadi superseru dan menarik. Setting-nya creepy, tapi juga intriguing. Dialognya tidak banyak. Dan mungkin tidak terlalu quotable. Tapi memang intinya bukan itu. 

Karakter-karakternya menyala. Dalam dua episode pertama, pasti kita langsung bersimpati pada Cho Sang-woo. Serta jatuh cinta pada si gadis pencopet (Jung Ho-yeon). Di balik sikap dia yang dingin dan tak mempercayai siapa pun, dia berniat menggunakan uang dari Squid Game untuk tujuan mulia.

Si kakek Nomor 001 juga mencuri perhatian. Ia adalah tipikal pria happy go lucky yang selalu nothing to lose. Tapi ia juga sangat bersemangat dalam tiap game. Tentunya, di antara begitu banyak karakter abu-abu, ada satu tokoh yang benar-benar putih. Ia adalah Hwang Jun-hoo (Wi Ha-joon), detektif muda yang menyusup masuk lokasi Squid Game. Kehadirannya cukup menambah elemen ketegangan. Karena kita tidak mau dia mati. (Retna Christa)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: