Jatim Bantah Kluster PTM

Jatim Bantah Kluster PTM

JAWA Timur baru saja digemparkan oleh pemberitaan bahwa pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) memunculkan kluster Covid-19.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan 1.303 sekolah di Indonesia menjadi kluster Covid-19. Jatim diklaim paling tinggi. Yakni, 165 kluster saat pelaksanaan PTM. Dari jumlah itu, ada 2.507 murid dan 917 guru dan tenaga kependidikan yang dinyatakan positif.

Hal tersebut langsung mendapat respons tegas dari Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi. Menurutnya, tidak seharusnya data tersebut dikeluarkan Kemendikbudristek. Apalagi, belum dikonfirmasikan ke setiap pemerintah provinsi.

”Itu sangat meresahkan masyarakat. Hal ini sangat disayangkan. Sebab, selama ini yang mendorong pelaksanaan PTM dengan prokes justru Kemendikbudristek,” ujar mantan kepala Dinas Perhubungan Jatim itu kemarin.

Wahid terusik dengan pemberitaan tersebut. Menurutnya, hal itu sangat merugikan nama baik Pemprov Jatim. Sebab, kata Wahid, pelaksanaan PTM jenjang SMA/SMK di Jatim sejauh ini sangat baik. Terutama setelah ditinjau langsung oleh Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud RI beberapa pekan lalu.

”Bahwa data itu tidak benar. Bahkan, Jakarta sudah berkirim surat. Jatim juga memprotes keras data tersebut,” tegasnya. Ia memastikan bahwa pelaksanaan PTM di Jatim berlangsung aman. Sama sekali tidak berakibat pada munculnya kluster Covid-19. Itu berdasar laporan dari kepala cabang dinas pendidikan se-Jatim.

Dispendik Jatim juga terus melakukan evaluasi secara berkala. Apalagi, saat ini 100 persen SMA/SMK/SLB sudah menerapkan PTM. Konsep pembelajaran pada siswa diterapkan dengan hybrid.

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMAN 5 Surabaya 30 Agustus lalu. (Foto: Eko Suswantoro)

Yakni, memadukan tatap muka dan daring. Ada yang PTM di sekolah dan daring dari rumah. Bahkan, siswa yang PTM, sepulang sekolah juga ada yang masih menerapkan daring. Tujuannya, mengantisipasi agar sepulang sekolah tidak ada lagi siswa yang nongkrong di kafe.

”Itu langkah antisipasi dari kami agar mereka tidak berkerumun di luar sekolah,” jelas Wahid. Ia juga menegaskan bahwa setiap sekolah juga memiliki satgas Covid-19. Dengan demikian, penerapan protokol kesehatan di sekolah benar-benar disiplin.

Kepala Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Surabaya Erwin Darmogo juga berharap PTM di Surabaya tidak menimbulkan kluster Covid-19. Sebab, jika sampai ada satu sekolah menjadi kluster, imbasnya akan ke sekolah lainnya. Pembelajaran pun akan kembali daring 100 persen.

Menurutnya, pembelajaran daring sangat menyulitkan. Banyak siswa yang tertinggal gara-gara daring. Terutama untuk beberapa pelajaran tertentu yang rumit dan berpraktik. Misalnya, matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA).

Selain itu, Erwin berkoordinasi dengan Puskesmas Pacar Keling. Yakni, mengadakan swab massal di setiap sekolah. Terutama bagi semua murid dan guru yang menjalani PTM. Tidak hanya random sampling. Menurutnya, cara itu bisa diterapkan di semua daerah. Apalagi, banyak kasus pasien tanpa gejala (OTG). Oleh karena itu, langkah antisipasi pun bisa dilakukan secepat-cepatnya. ”Jadi, semua akan dites,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dr Erwin Astha Triyono juga menepis pemberitaan tersebut. Namun, ia juga mengaku bahwa menyeimbangkan aspek pendidikan dan kesehatan bukan hal mudah. Diperlukan pertimbangan yang sangat mendalam.

Misalnya, jika terlalu fokus pada PTM penuh, potensi kluster bisa makin besar. Namun, bila fokus pada kesehatan saja, anak-anak akan mengalami learning loss. Dengan demikian, PTM harus dilaksanakan secara bertahap. ”Dan satgas Covid-19 sekolah itu sangat penting perannya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: