Genius
Harian Disway - DI mata para hater dan kritikus, Jokowi dianggap plonga-plongo, tidak mengerti apa-apa. Jokowi juga disindir dengan sebutan Prabu Kantong Bolong karena dianggap tidak pantas dan tidak kompeten menjadi pemimpin. Namun, di mata pendukung dan pencintanya, Jokowi adalah pemimpin yang brilian dan genius.
Dua gambaran itu berbalik 180 derajat. Di satu sisi, Jokowi dikecam dan sering dicaci maki karena dianggap tidak kompeten. Tidak terhitung berapa kali Jokowi dituntut segera mundur sebagai presiden. Tetapi, di sisi lain, Jokowi malah disanjung, dipuja-puji setinggi langit, malah ada yang punya keinginan supaya Jokowi memimpin tiga periode.
Sanjungan dan puja-puji setinggi langit kali ini datang dari Profesor Kishore Mahbubani, akademisi dan intelektual terkemuka dari Singapura, yang juga dikenal sebagai diplomat jempolan. Dalam sebuah pernyataan yang beredar luas di Indonesia Kamis (7/10), Mahbubani mengatakan bahwa Jokowi adalah presiden genius dan para pemimpin di seluruh dunia harus belajar dari Jokowi.
Kontan pernyataan itu menimbulkan reaksi heboh. Seperti biasanya, pandangan netizen terpecah menanggapi pernyataan itu. Para pendukung Jokowi tentu menganggap pernyataan tersebut sebagai pengakuan internasional yang sangat penting. Reputasi Mahbubani sudah sangat terkenal di dunia internasional sebagai intelektual jempolan. Endorsement-nya terhadap Jokowi tentu dianggap meningkatkan kredibilitas Jokowi di dunia internasional.
Para pembenci Jokowi menganggap pernyataan Mahbubani sebagai salah tempat. Bahkan, ada yang menuduhnya sebagai bagian dari jaringan buzzer internasional. Ada juga yang menyebutnya sebagai ketua ”Jokowi Mania cabang Singapura”. Ada juga yang menyebut pernyataan Mahbubani sebagai jebakan batman untuk menjorokkan Indonesia supaya tetap terpuruk.
Mahbubani bukan orang sembarangan. Ia disebut sebagai salah seorang intelektual pemikir terkemuka di Asia. Di level dunia, nama Mahbubani masuk daftar 50 besar pemikir paling berpengaruh. Ia menjadi guru besar di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore (NUS). Pusat studi kebijakan publik itu menjadi salah satu yang terbaik di dunia, dan di Asia menempati ranking pertama.
Pemikiran-pemikiran Mahbubani sangat tajam dan jernih. Salah satu bukunya yang paling berpengaruh adalah The New Asian Hemisphere: The Irresistible Shift of Global Power to The East (2011) yang menggambarkan Asia sebagai kekuatan global baru menggeser Eropa dan Amerika yang sudah mulai memudar. Mahbubani melihat bahwa pada abad ke-21 ini Asia sudah berada pada jalur yang tepat dalam ”derap pembangunan”, untuk bisa mengambil alih kemajuan Barat.
Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam 12 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Buku tersebut menjadi bacaan wajib di hampir semua universitas terkemuka di Asia. Universitas terkemuka di Eropa dan Amerika –termasuk Universitas Harvard– juga menjadikan buku itu sebagai referensi wajib.
Pemikiran Mahbubani yang cemerlang membuatnya dianggap sejajar dengan sejarawan besar Arnold Toynbee. Mahbubani juga disejajarkan dengan sosiolog besar Max Weber. Para pemikir besar dunia seperti Prof Samuel Huntington mengakui kehebatan Mahbubani.
Dengan kredensial yang sangat mentereng seperti itu, Mahbubani akan menjadi perhatian dunia ketika berbicara mengenai apa pun. Karena itu pula, pernyataannya mengenai Jokowi sebagai presiden genius segera menjadi heboh.
Analisis Mahbubani disampaikan dalam tulisan berjudul The Genius of Jokowi yang tayang pada 6 Oktober 2021 pada Project Syndicate, sebuah media nirlaba yang fokus pada isu-isu internasional. Mahbubani mengatakan bahwa Jokowi telah menjadi pemimpin yang layak mendapat pengakuan atas keberhasilannya dalam memimpin Indonesia. Jokowi, kata Mahbubani, membangun model pemerintahan yang bisa dipelajari para pemimpin dunia.
Mahbubani memuji Jokowi layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas karena dianggapnya berhasil mempersatukan Indonesia dari keterpecahan politik.
Mahbubani menyebut capaian Jokowi dalam menjembatani keterpecahan politik di Indonesia lebih baik dari apa yang dicapai Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang belum bisa mengatasi perpecahan sampai sekarang.
Di Indonesia, kata Mahbubani, capres dan cawapres yang dikalahkan Jokowi dalam pemilihannya kembali 2019 –Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno–kini menjadi menteri di kabinetnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: