Komentar untuk Film Ammonite: Kisah Cinta Tanpa Chemistry

Komentar untuk Film Ammonite: Kisah Cinta Tanpa Chemistry

Oleh 

 

Awik Latu Lisan,

pengamat film

 

KATE Winslet dan Saoirse Ronan. Keduanya aktris yang sangat baik, masing-masing pernah memenangkan Oscar. Mendengar mereka bermain bersama dalam film, cukup menjadi alasan untuk menonton filmnya. Bahkan tanpa memedulikan filmnya tentang apa.

Tetapi semuanya dirusak oleh film suram tentang cinta terlarang dan gairah vulkanik yang meletus. Antara ilmuwan pendiam (Winslet) dan seorang istri muda yang terabaikan (Ronan) yang tinggal bersamanya di desa tepi laut yang tenang. Kecuali bahwa tidak ada yang terlarang dan berapi-api tentang hubungan mereka. Suram dan tenang.

Winslet dan Ronan tidak memiliki chemistry. Yang seharusnya menjadi kekuatan dari film semacam ini. Dalam adegan seks eksplisit mereka, kedua aktris itu melakukan gerakan seperti dua profesional yang melakukan pekerjaan.

Tetapi sebagai sebuah film layar lebar, semua itu kurang dalam. Kita dibiarkan berasumsi terlalu banyak. Dan akhirnya membuat semuanya jadi omong kosong yang dibuat-buat. Bahkan saya sampai lupa, mengapa kedua tokoh utama merasa terikat satu sama lain? Kadang-kadang ketertarikan mereka sulit untuk dipahami, atau mungkin salah. Ada sebuah ketertarikan yang sifatnya keibuan yang justru lebih tampak mengkompromikan potensi chemistry mereka sebagai orang yang sedang jatuh cinta.

Film ini secara tidak sengaja tercekik oleh tekadnya untuk dianggap serius. Sehingga tidak ada ruang untuk bernafas. Seolah-olah sutradara merasa harus menunjukkan semua logikanya tentang arti menjadi ’’berbeda’’. Dan itu jelas membuat penonton susah payah untuk mencoba berjalan jauh dari tuhan melalui adegan keabu-abuan yang monoton.

Kendalanya adalah bahwa film ini benar-benar terlalu lambat dan kurangnya karakterisasi. Bahkan dialog mereka hemat sampai ke titik berhemat. 

Namun ada beberapa kontribusi menyentuh dari Fiona Shaw dan Gemma Jones. Semacam pengulangan perannya dari God's Own Country (2017), film panjang pertama sang sutradara. Dan ada sentilan eksplisit pada komunitas ilmiah yang didominasi oleh laki-laki yang cukup intens mencegah atau mengabaikan keterampilan yang jelas dimiliki oleh Anning.

Bisakah fosil menjadi seksi? Film ini menjawab pertanyaan itu untuk kita: tidak sama sekali!

Ya, mungkin saya salah. Tapi tidak seperti yang saya rasakan di sini. Saya sudah melihat film seperti ini. Judulnya Portrait of a Lady on Fire (2019). Dan itu jauh-jauh lebih baik dari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: